Fanfic: Cemburu Chapter 5

CEMBURU Chapter 5


A DETECTIVE CONAN FANFICTION by Infaramona
"Why should i care? Cause you werent there when i was scared. I was so alone. "
― Avril Lavigne (Losing Grip)

"Sejarah baru di dunia persepakbolaan antar SD se Tokyo―"
"―jatuh pingsan dengan tak elitnya di atas podium karena patah hati, menyedihkan."
"Kau masih mempertahankan kegiatanmu beberapa bulan belakangan ini?"
"Entahlah… Aku tak mau kembali ke ruangan ini dengan alasan seperti yang kau katakan pada awal tadi―jatuh pingsan karena kelelahan patah hati―kau benar, itu menyedihkan."
"Tumben kau mau mengakuinya?"
"Karena kau memang benar Putri pengantuk. Aku memang bodoh akhir-akhir ini."
...
"Ngapain Kaa-san disini? Bagaimana kalau Ran datang?"
"Uhh… Shin-chan tega sama Kaa-san. Kaa-san kan kawatir dengan kamu, sayaaangggg."
"Aku bukan anak kecil Kaa-san!"
"Tapi secara fisik kau masih anak kecil, heh, Kudo-kun?"
"Akhirnya Shin-chan kecilku merasakan sakit hati..."
"..."
"Ohh... Shin-chan kecilku yang malaaangg..."
"Ohh... Shin-chan kecilku―"
...
"Terserah kalian..."
"Dan Haibara? Prototype yang kemarin kau beri padaku untuk apa?"
"Kau tak tahu? Kau benar-benar bodoh karena patah hati ya?"
"Ya aku tahu!"
"Aku tak mau tambah lama disini, kau tahu?"
"Tentu saja, memangnya kenapa?"
"Aku sudah mencoba pada tikus percobaanku dan itu berhasil dengan tenggang waktu agak lama... ya sekitar dua minggu."
"Maksudmu aku tikus percobaanmu begitu, hah?"
"Ya, itu kau mengerti. Ternyata kau tak bodoh-bodoh juga ya..."
...
"Yasudah kalau kau tak mau!"
"Aku membuatnya sampai tak tidur tahu! Aku bosan melihatmu yang seakan 'hidup segan mati tak mau' gara-gara Ran! Kau menyebalkan!"
"Yasudah. Maafkan aku..."
"Terserah kau lah..."
"Mungkin Ai-chan mau membantumu? Ya kan Ai-chan?"
"Entahlah... mungkin dompet Tas edisi terbatas Fusae brand edisi bulan ini bisa menjawabnya..."
"Oke Deal!"
Cemburu Chapter 5
ENJOY!
Matahari terbit agak terlambat hari ini, mungkin dikarenakan faktor cuaca yang menyebabkan awan mendung menguasai langit dari fajar menyingsing. Tapi tak usah hiraukan keklisean mengenai cuaca pagi ini karena sang tokoh utama kita merasa berbahagia pagi ini.
Conan Edogawa, seorang bocah yang baru naik kelas ke kelas 5 SD senang sekali pagi ini karena ia sudah bisa keluar dari rumah sakit yang menurutnya terkutuk itu. Jika ada yang bertanya kenapa ia bisa masuk rumah sakit jawabannya adalah sang bocah yang menurut seorang 'Putri Sinis Pengantuk' itu bodoh, kelelahan karena sakit hati tentang cintanya yang berpindah kelain hati.
Namun, kebahagiaan Conan pagi ini segera menciut drastis ketika ia mendengar cekikikan samar-samar yang makin keras terdengar di depan pintu kamar rawat inapnya.
"Conan-kun! Akhirnya kau keluar rumah sakit juga! Naoko senang sekali loh!" Terlihat seorang seorang bocah atau gadis berumur mungkin 12 tahun dengan mata berbinar-binar yang berusaha untuk memeluk Conan saat ini juga.
Dibelakang gadis yang menurut Conan 'mendokusai' itu ternyata masih banyak yang sejenis dengan gadis yang mendeklarasikan namanya Naoko itu yang bisa kita sebut dengan 'Members of Edogawa Conan FansClub' yang telah bersedia bangun pagi hari untuk menjemput sang pujaan hati keluar dari rumah sakit.
"Ermm... Sankyuu Naoko-chan... Ermm... bisakah kau enyah dari pelukanku?" gumam Conan dengan berusaha mengenyahkan tangan sang ketua penggemarnya tersebut dari tubuhnya.
"Conan-kun jahat..." Naoko mencibirkan bibirnya pura-pura sedih untuk mendapatkan perhatian sang pujaan hati.
Tak perduli dengan sang cewek menyebalkan tersebut Conan malah pura-pura sibuk membereskan sesuatu yang tak tahu apalah itu.
"Wah pagi-pagi sudah banyak yang datang ya, beruntung sekali Conan-kun punya banyak teman," ucap Ran yang baru kembali dari ruang administrasi dan agak terkejut menemukan ruangan sang adik angkat telah penuh dengan banyak gadis-gadis yang sedang beranjak remaja tersebut.
"Ohayou semuanya" ucap Ran dengan senyuman ramahnya dibalik kegelian.
"Ohayou Ran-neechan..." ucap semua gadis itu serentak.
Conan masih memasang wajah sebal saat ini, tapi di dalam hati ia bersyukur tak ada Haibara disini, karena kalau ada Haibara pasti Conan habis menjadi bahan olok-olokan.
Sesampainya di rumah Conan berharap dengan amat-sangat-sungguh kepada Kami-Sama agar semua perempuan-perempuan yang mengikutinya dari rumah sakit tersebut hilang atau lenyap dari hadapannya saat ini, namun sialnya makin banyak teman-teman SD-nya yang datang kerumahnya dan membuat harinya makin menyebalkan. Untung saja saat ia sangat uring-uringan seperti ini Ran mengingatkan bahwa ia masih butuh istirahat kepada semua tamu tak diundang tersebut dan membuat semua para 'penjenguknya' itu pamit undur diri atau bisa disebut pulang.
"Aku tahu kau sangat risih, Conan-kun" ucap Ran sambil merapikan tempat tidur.
Ahh Ran sangat mengerti dirinya.
Conan mengerucutkan bibirnya sebal, mungkin sifat anak kecil kini telah benar-benar melekat didirinya.
"Mereka menyebalkan!"
Ran hanya tertawa sambil mangacak pelan rambut Conan dan langsung berkata ia harus segera membuat makanan dan menyuruh Conan untuk istirahat.
Setelah Ran menutup pintu kamarnya, Conan hanya bisa menatap daun pintu yang tertutup itu dengan pandangan menerawang. Masalah mengenai penggemarnya tadi telah cepat terlupakan di benaknya dan kini beralih dengan kotak kecil yang sedang bersembunyi manis di saku jaketnya.
Ia kembali memutar otak untuk memikirkan bagaimana ia harus bersikap nanti. Apa sebenarnya rencana Haibara dan mengapa ia menyerahkan kotak berisi prototype APTX4869 ini padanya. Jika Haibara mengira jika ia bisa menjadi Shinichi Kudo selama dua minggu akan bisa membuat permasalahannya berakhir ia salah besar karena menurut Conan hal itu akan semakin membuat masalahnya semakin runyam.
Jika ia muncul sebagai Shinichi di tengah-tengah hubungan Ran dengan Toyama mungkin akan membuat hubungannya dengan Ran akan semakin jauh. Ia malah berpikir untuk menerima dan merelakan takdirnya yang seperti ini dan menjadi Edogawa Conan selamanya dan mengubur Shinichi Kudo jauh-jauh di perut bumi karena ia seharusnya tak patah hati berlarut-larut yang membuat kepintarannya mengilang yang menurutnya sangat menyedihkan ini dan seharusnya ia senang dan berusaha menerima Toyama yang telah menyembuhkan hati Ran yang telah terluka sangat dalam.
"Arrghhhtt," teriak Conan pelan sambil menjambak rambutnya. "Apa yang harus aku lakukan?"
Conan benar-benar frustasi saat ini... atau kita bisa bilang galau?
#
#
#
Ran memasukkan semua buku yang berada di atas meja kedalam tasnya. Hari ini jam pelajaran di kampusnya tak terlalu banyak yang berarti ia bisa pulang cepat. Rencananya Ran akan segera ke Supermarket untuk membeli barang-barang harian dan setelah itu ia akan mampir ke toko kue.
Namun alangkah kagetnya ia ketika melihat seorang pria berkemeja coklat yang saat ini berstatus pacarnya sedang berdiri di depan pagar kampus dan sedang melambai kearahnya.
Wajah Ran sontak memerah saat itu juga karena tiba-tiba ia jadi pusat perhatian karena ditunggu oleh laki-laki yang mendapat predikat 'cowo paling kece' di kampusnya tersebut.
"Kau tidak bekerja, Toyama-kun?"
Zhhrr... Ran merasakan darahnya naik ke wajahnya.
"Aku libur, dan aku ingin menemuimu."
"Bagaimana kau tahu aku pulang cepat, Toyama-kun?" tanya Ran dengan wajah yang telah memerah.
"I always know all the things about you, Hime" jawab Toyama dengan senyum manis dan membuat darah Ran naik dengan kecepatan maksimum ke wajahnya.
"Ermm... kau bawa mobil, eh, Toyama-kun?" tanya Ran mencoba mengalihkan perhatian. "Mobil baru? Bukannya kau baru bekerja beberapa bulan?"
"Aku baru membelinya dengan uang tabunganku, dengan sedikit bantuan Chichi tentunya." jawab Toyama dengan kekehan kecil. "Kau mau kemana Ran-chan?"
Wajah merah Ran yang tadi telah pudar kembali merah karena Toyama memanggilnya dengan suffix 'chan'.
"Aku mau ke Supermarket untuk belanja bulanan." Walaupun telah menjalin hubungan selama beberapa bulan, tetapi Ran masih tetap canggung dengan yang namanya berpacaran. Ran mengakui ia lebih nyaman bersama Shinichi walaupun Detektif itu lebih sering menceritakan tentang dirinya daripada mengajak Ran ngobrol tapi Ran tetap merasa nyaman. Hal ini berbeda sekali dengan saat-saat ia bersama Toyama walaupun Toyama selalu memperhatikan Ran dan manis padanya.
'Sudahlah Ran, lupakan! Lupakan! Mungkin inilah rasa menjalin hubungan yang sebenarnya!'
"Ermm... Ran-chan... Ran... kau tak apa-apa?" tanya Toyama dengan tatapan khawatir.
"Eh.. aku... aku tak apa-apa kok hehe..." bantah Ran cepat.
"Yasudah, ayo ke Supermarket!"
"Ehh, Toyama-kun mau mengantarku?"
"Tentu saja! Untuk apa aku disini, sayang?"
Wajah Ran memerah lagi dan ia segera masuk ke mobil Toyama setelah Toyama mempersilahkannya masuk a la putri raja.
#
#
#
"Ermm... Yukiko-san, kau yakin dengan hal ini?"
Yukiko mengangguk semangat, sambil tetap merapikan rambut Haibara atau yang lebih baik kita panggil Shiho sekarang.
Shiho memandang pantulan dirinya di cermin. Ia telah kembali ke wujud aslinya saat ini, gadis berusia 18 tahun. Ia masih belum bisa menerima―atau mengerti lebih tepatnya― rencana yang telah disepakatinya dengan Yukiko Kudo yang di latarbelakangi oleh dompet kulit keluaran terbaru bulan ini.
"Ya, Shiho-chan," ucap Yukiko masih dengan menata rambut Shiho. "Kau cantik sekali ya, aku jadi iri hahaha."
Shiho hanya mengerucutkan bibirnya dan berpikir dalam hati kenapa ia bisa menerima rencana sang legendaris layar perak ini.
#Flashback On#
Disebuah ruangan yang mirip seperti perpustakaan yang berada di rumah yang di depannya bertuliskan huruf kanji 'Kudo' tampak seorang wanita cantik sedang berbicara serius dengan gadis kecil yang sedang sibuk membaca majalah dengan secangkir minuman dihadapannya.
"Bagaimana Ai-chan, kau setuju tidak? Kau bersamaku datang ke Ran dan mengenalkanmu sebagai teman dekat Shin-chan?"
Ai menutup majalahnya dan menyeruput minumannya karena ia merasa mulai tertarik dengan percakapan ini.
"Untuk apa?"
"Yah, menurutku supaya Ran melupakan Shinichi."
Ai menaikkan alisnya, tak mengerti dengan pernyataan aktris cantik dihadapannya.
"Maksudnya? Dan untuk apa melakukan itu, bukannya Ran sudah punya pacar pengganti Kudo?"
Yukiko menghela napas dalam, "Jadi kau berkenalan dengan Ran dengan mengatas namakan sahabat 'dekat' Shinichi supaya Ran tak berharap lagi tentang Shinichi," ujar Yukiko cepat. "Aku masih melihat di mata Ran bahwa ia masih mencintai Shin-chanku yang bodoh itu. Bagaimana?"
"Tidak mau, aku tak mau mencampuri hubungan mereka! Huh, dan apa juga keuntungannya untukku?"
"Ermmm..." gumam Yukiko sambil menghentak-hentakkan jari telunjuknya ke dagu berlagak sedang berpikir. "Bagaimana kita mencari jawabannya di Mall? Ayo kita cari dompet baru, atau tas?"
"Baiklah!" kata Ai dengan cepat tanpa memikirkan konsekwensi untuk dirinya sendiri.
#Flashback Off#
Ai sangat merutuki nasibnya. Kenapa ia bisa dengan mudahnya menerima bujukan tak jelas dari ibu sang dalang Detective Boys hanya karena sebuah dompet yang ia harus akui sangat amat elegan. Dan karena hal itu juga ia harus meminun percobaannya sendiri untuk mempertanggungjawabkan keputusannya.
"You are so pretty, Ai eh Shiho-chan. Kau membuatku benar-benar iri saat ini."
Ai atau saat ini Shiho berdiri dan menatap pantulan dirinya di cermin. Harus ia akui bahwa ia tampak sangat berbeda saat ini.
Rambut coklatnya yang dulu seleher kini telah menyentuh bahu putihnya dengan hiasan jepit kecil di poninya. Ia jarang menggunakan dress pada saat di organisasi dulu dan lihatlah ia sekarang, menggunakan dress biru karibia lembut dengan dua tali tipis yang tersampir pas di bahunya―ia merasa sangat bukan dirinya. Dress selutut yang sangat pas di tubuhnya dengan ditambah tas tangan dan sepatu hak yang membuat ia berdecak kagum kepada dirinya sendiri.
'Ternyata aku cantik juga ya,' batin Shiho narsis.
"Tuhkan, kau saja bengong melihat dirimu sendiri, apalagi oran lain, Shiho-chan! Aku jadi ingin menjodohkanmu dengan Shin-chan haha"
Tak mampu berkata-kata―ataupun mengelak saat ini― Shiho hanya diam dengan wajah memerah mendengar kata-kata Yukiko dan membuat tawa Yukiko berhenti dan tersenyum lembut kearah Shiho.
"Ayo kita jalan-jalan" ucap Yukiko dengan selingan kedipan mata.
#
#
#
"Kita mau kemana Toyama-kun?" tanya Ran karena tiba-tiba Toyama memarkirkan mobilnya disebuah Mall setelah Toyama dan Ran menghabiskan beberapa puluh menit untuk membeli seluruh kebutuhan keluarga di sebuah Supermarket dan menaruh semua keranjang belanjaannya di bagasi mobil.
"Aku lapar, ayo makan siang!" ajak lelaki yang memakai kemeja coklat tersebut sambil menggandeng tangan Ran.
"Ta-tapi jangan lama-lama ya, aku harus membuat makan siang untuk ayah dan juga Conan"
"Kita beli saja langsung untuk mereka, yuk..."
Dan disinilah mereka, di sebuah restoran makanan Italia dan membicarakan banyak hal sambil menunggu pesanan mereka datang.
Toyama menceritakan mengenai pekerjaannya dan menanyai Ran bagaimana dan apa saja kegiatannya di rumah dan kampus dan sedikit basa-basi yang diakhiri gerutuan, cibiran bibir, wajah kedua sejoli itu memerah dan tentu saja tawa geli.
Ya mungkin saja Ran belum bisa melupakan Shinichi tetapi lama-kelamaan ia juga merasa nyaman di sisi seorang Toyama Natsue.
"Hai Ran-chan!" pembicaraan pasangan tersebut mengenai eksul kampus terhenti mendadak karena ada dua orang yang berjalan ke arah mereka.
"Ahh... Yukiko-obaasan!" Ran langsung berdiri dan menyalami wanita yang diharapkannya dulu menjadi calon mertuanya tersebut. "Tak menyangka bertemu Anda disini, bukannya Anda di Amerika?"
"Aku baru pulang, aku juga tak menyangka bertemu denganmu disini," ucap Yukiko dengan senyum menggoda. "Dan siapa ini Ran-chan? Pacarmu?"
Yukiko tersenyum geli
"Ahh... Iyaa... Yukiko-obaasan ini te-pacarku Hatsue Toyama, Toyama ini Yukiko Kudo, ibu dari te-temanku."
"Salam kenal Yukiko-san, senang bertemu dengan Anda."
"Nice to meet you too, Toyama-san." kata Yukiko dan Toyama saling menjabat tangan. "Dan... ahh ya, kenalkan ini Shiho Miyano, temannya Shinichi."
Mendengar nama Shinichi tersebut Ran membeku dan menatap gadis disamping Yukiko tersebut dan Ran harus mengakui ia sangat cantik.
"Watashiwa Shiho Miyano desu, dozou yoroshiku."

TBC
Pendek ya? maaf maaf alurnya ngebut banget, maafkan saya. Semoga semuanya senang membaca fic saya :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sekolah Dambaanku

Kalau berbicara mengenai sekolah dambaan pasti setiap pelajar mempunyai dambaan masing-masing, entah itu pembagian kelas, fasilitas, pelajaran, ataupun guru.
Menurut saya aspek paling penting sekolah dambaan saya adalah Guru, karena sebagus apapun sekolah beserta fasilitasnya jika guru tidak kompeten dan tidak bisa berinteraksi dengan siswa pastilah sekolah tersebut akan menjadi momok dan membosankan untuk siswa karena rata-rata siswa tak akan mau belajar jika tak ada guru.
Semua guru pastinya mempunyai cara mengajar yang berbeda-beda, ada yang lebih suka menyuruh siswanya mencari atau mempelajari sendiri suatu pelajaran dengan sang guru hanya mengajari intinya saja, ada guru yang lebih suka memberi tugas, ada guru yang lebih suka menyuruh murid presentasi, dan ada juga yang hanya berceramah full jam pelajaran. Sekolah dambaan menurut saya sendiri adalah ketika guru-guru dapat menjelaskan materi pelajaran dengan singkat-padat-jelas, dapat berinteraksi yang baik dengan murid dan pastinya tidak memberikan tugas yang terlalu banyak dan bertele-tele kepada muridnya.

Di dalam sistem kurikulum Indonesia saat ini terlalu banyak materi yang harus murid pelajari dan tagihan nilai yang terlalu banyak dalam satu semester yang tidak hanya membuat murid kewalahan, namun guru pun juga. Karena banyaknya tagihan yang harus diisi membuat 'NILAI' lebih berharga dibandingkan 'ILMU' yang harus didapatkan murid sekolah saat ini. Guru lebih banyak memberikan tugas dan ulangan untuk mendapatkan nilai tersebut. Bahkan 9 dari 10 teman saya menjawab 'sekolah itu untuk nyari nilai' ketika saya bertanya apa fungsi sekolah menurut mereka. Lihat kan? Bahkan saya sendiri mengakui hal tersebut. 
Dan menurut saya guru-guru saat ini sudah banyak ketinggalan jaman, mereka lebih suka terpaut pada kata-kata di buku yang membuat murid jenuh di sekolah. Banyaknya guru yang sudah harus pensiun dan monoton tak bisa membuat murid nyaman di sekolah. Saya sangat ingin sekali mempunyai guru yang tegas, disiplin namun simpel dalam menjelaskan pelajaran karena penjelasan yang rumit dan bertele-tele akan membuat saya mengantuk dan tak ada satu katapun yang menyangkut di otak saya. Saya juga mengidamkan seorang guru yang suka mengajar sambil bermain, bukan seperi bermain pada taman kanak-kanak, namun permainan yang dapat membuka otak kanan para pelajar, seperti puzzle pelajaran ataupun tebak-tebakkan.
Selanjutnya adalah Mata Pelajaran, terlalu banyak mata pelajaran disekolah membuat murid sangat jenuh. Menurut saya kurikulum di Indonesia sangat-amat-sungguh berat dan banyak sekali. Dan saya adalah salah satu orang yang tidak suka dengan adanya pembagian IPA-IPS-BAHASA pada Sekolah Menengah Atas karena menurut saya saya adalah salah satu korban, menurut saya hal itu diskriminasi. Saya sangat ingin mata pelajaran dipilih langsung oleh para siswa agar jika siswa suka dengan mata pelajaran yang dia pilih pasti akan lebih semangat untuk pelajaran.
Contohnya, jika seorang anak menyukai pelajaran Biologi dan Geografi namun tidak suka dengan Fisika dan Sosiologi jurusan apa yang harus dipilih oleh anak tersebut? IPA atau IPS? Jika ia masuk IPA namun Fisika tidak tuntas maka akan membuat ia tidak naik kelas, dan begitu sebaliknya, jika ia masuk IPS namun Sosiologinya tidak tuntas ia juga tidak akan naik kelas. Lebih baik ia memilih pelajaran yang ia suka saja dengan hasil pengetahuan dan nilainya bagus. Hal ini membuat minat dan semangat siswa untuk belajar menjadi hilang.
Selanjutnya yaitu Ujian Kelulusan atau di Indonesia namanya UN. Saya sangat menolak dengan adanya UN karena itu menurut saya sangat tidak adil. Walaupun kurikulum untuk seluruh wilayah sama namun tidak seluruh pelajar mendapat pelajaran dan fasilitas yang sama. KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di Jakarta dengan Papua pasti berbeda, dan kenapa mereka harus Ujian dengan cara dan soal yang sama? Inilah diskriminasi pendidikan Indonesia yang paling parah!
Saya ingin sekali UN dihapus dan diganti dengan cara ujian yanga lain. Kan tidak adil sekolah dalam 3 tahun―6 tahun untuk SD―kelulusan mereka ditentukan oleh 3-4 hari ujian, dan hanya beberapa pelajaran. Jika kelulusan hanya terpaut 3-6 pelajaran untuk apa pelajar mempelajari pelajaran lain? Untuk apa mata pelajaran yang banyak tersebut jika tidak membantu untuk kelulusan?Apakah mungkin pelajaran tersebut hanya untuk menambah nilai di raport saja? Yang seharusnya meluluskan para murid adalah sekolah karena sekolahlah yang tahu bagaimana prestasi dan sikap para siswa di sekolah.
Saya sangat ingin sistem pelajaran Indonesia untuk kedepannya lebih fleksibel dan tidak terlalu membebani siswa dengan mata pelajaran atau kurikulum yang terlalu ribet untuk para siswa dan pastinya UN dihapuskan. Biarlah para siswa memilih sendiri pelajaran yang diinginkannya agar mereka lebih semangat untuk belajar, jangan paksakan mereka harus belajar pelajaran yang mereka tak suka dan tak mau pelajari. Semoga di masa depan impian saya ini bisa terwujud :)


Thank You :)
Indriyani, siswi SMA Negri 90 Jakarta
Ciledug, Tangerang. 14 Juni 2013, 21.30 WIB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS