Fanfic: Misi Untuk Naruto

NARUTO FANFICTION

A/N: Sebuah fic singkat pengisi kesepian ditinggal sendirian dirumah #plak

"I cannot think of any need in childhood as strong as the need for a father's protection."
- Sigmund Freud

Misi Untuk Naruto
ENJOY!

Alam. Satu kata yang dapat melukiskan seluruh isi bumi yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Alam yang dapat menjadi sahabat dan pelindung setia manusia bahkan alam juga dapat berubah seketika menjadi senjata pemusnah umat manusia dan makhluk lainnya hanya dalam beberapa nano detik jika Tuhan menghendakinya. Alam yang selalu di rusak manusia, tapi selalu memberikan yang terbaik untuk manusia.
Dan alamlah yang menjadi saksi kisah ini.
Hari dimana Minato Namikaze menjadi seorang ayah adalah hari dimana ia kehilangan sang pendamping hidup.
Hari dimana ia menjual dirinya kepada Shinigami karena membuat Fuin: Shiki Fuujin adalah hari dimana sang istri menggantikan posisinya di perut sang Malaikat Maut
Hari dimana ia menggendong lembut sang anak, mengusap rambutnya, mencium keningnya, dan mengenggam jari-jari kecil sang buah hati adalah hari dimana ia melihat bagaimana desa yang di pimpinnya porak poranda akibat ulah Siluman Rubah ekor 9, yang bukan saja membuat hilangnya harta benda, namun juga mengambil korban jiwa.
Namikaze Uzumaki Kushina, seorang wanita bermental baja, berhati mulia, dan ibu yang sangat luar biasa mengorbankan nyawanya hanya untuk keselamatan sang buah hati dan suami tercinta.
Kata-kata terakhir yang di amanatkan ke sang putra tunggal di ambang kehidupannya dapat membuat alam ikut menangis saat itu juga. Dan akhirnya, ia tersenyum lembut yang ditujukan pada sang buah hati tercinta sambil menyambut dekapan sang malaikat pencabut nyawa.
10 Oktober, hari yang menjadi hari pertamanya menjadi seorang ayah, hari yang akan dirayakannya setiap tahun dengan pesta dan kado yang diperuntukan untuk sang anak juga menjadi hari dimana ia memperingati kehilangan pasangan hidupnya, separuh jiwa, sahabat baiknya, dan ibu dari anaknya.

Misi Untuk Naruto
A Naruto Fanfiction
Naruto belongs to Kishimoto Sensei. No money here. Just for fun :)
Misi Untuk Naruto belongs to Infaramona
Rated: K
Minato/Naruto (Not Incest)
Family/General
Warning: OOC, typo(s) gaje, ngantukin dll
Lupakan sejenak masalah yang ada di Manga/Anime aslinya oke? :)

Minato benar-benar lelah saat ini. Bertumpuk-tumpuk dokumen yang harus ia selesaikan masih setia duduk manis di atas mejanya menunggu antrian giliran. Apalagi satu jam yang lalu Rin datang dengan setumpuk dokumen lagi. Minato rasanya ingin sekali berteriak dan membakar semua kertas menyebalkan yang sangat suka beranak pinak ini.
Ia bahkan mulai menyesal kenapa ia mau menjadi Hokage.
Minato melirik jam yang bertengger manis di dinding kantornya dan langsung menghela napas berat ketika menyadari ternyata jarum pendek jam tersebut menunjuk ke angka dua. Ia terlambat makan siang lagi dan Rin sepertinya terlalu asik pacaran dengan Obito sehingga ia lupa lagi untuk membelikan Minato makan siang.
Pasrah dan mencoba tidak peduli dengan perut keroncongannya, Minato terpaksa kembali memeriksa semua laporan yang tadi telah disusun Rin karena ia harus segera menyelesaikannya sampai sore ini juga.
Tok tok tok
Terdengar ketukan di pintu masuk ruangannya dan langsung terbuka ketika Minato mengizinkan sang tamu untuk masuk.
Minato memandang sang tamu yang memakai jaket Chuunin yang entah kenapa terengah-engah tersebut dan bertanya "Ada apa, Kotetsu?"
"Naruto-sama, Yondaime-sama..." Minato kembali menghela napas karena ia tahu apa yang akan di katakan Kotetsu selanjutnya. "Ia mencoret-coret patung Hokage Anda lagi..."
Ternyata benar apa yang dipikirkannya
#
#
#Infaramona#
#
#
"Naru-chan! Turun sekarang juga!" teriak Minato dari bawah Monumen Hokage.
"Tidak mauuuu!" balas Naruto dengan berteriak dan kembali melanjutkan mencoret-coret pipi patung ayahnya tersebut dengan cat sebagai tanda protes.
"NAMIKAZE NARUTO! TURUN SEKARANG JUGA!" kini Minato sudah amat kesal, ia sangat letih karena pekerjaannya ―bahkan ia hanya tidur dua jam tadi malam―dan harinya makin parah karena sang anak kembali membuat ulah.
Mendengar namanya disebut lengkap dan tanpa embel-embel 'chan' membuat Naruto menghentikan aktifitasnya tersebut dan mulai bergidik ngeri melihat wajah marah ayahnya dari atas.
Memberanikan diri ia kembali berteriak menantang "Gak mau! Aku gak mau turun sebelum Tou-chan membolehkan aku mengambil misi di luar desa! Titik!"
Hampir semua warga Konoha kini sedang menyaksikan acara Live Anak dan Ayah tersebut. Namun tanpa sempat mengedipkan mata, Hokage mereka tersebut telah hilang dan langsung berpindah kebelakang sang putra tunggalnya itu.
Naruto hanya bisa terdiam dan merinding ketika ia merasakan ada hawa berbeda tapi sangat ia kenal dibelakangnya saat ini.
"Turun sekarang Naruto! Kau dihukum membersihkan patung ini dan seminggu tanpa Ichiraku! Jika kau melanggar, status Genin-mu akan Tou-chan cabut dan kau kembali ke Akademi! Mengerti sayang?"
Glek.
Naruto hanya bisa mengangguk saat itu juga.
#
#
#Minato Namikaze#
#
#
Minato mengetuk-ngetukkan jarinya tak sabaran di atas meja makan. Ia tak menyentuh semua makanan yang tersaji di meja hampir selama satu jam walaupun ia sudah kelaparan dari tadi siang.
Hatinya sangat resah karena sang anak tersayang belum juga pulang kerumah.
Perasaan menyesal kembali memenuhi hati Minato, ia sangat amat takut Naruto tak pulang karena ia sekarang kesal dan benci padannya saat ini.
Tadi siang ia tak sadar telah berteriak dan mengancam anaknya tersebut. Ia hanya sangat lelah dan tak sadar bahwa ia mungkin melukai perasaan Naruto.
Bahkan alasan Naruto mencoret-coret patungnya tersebut juga karena ia sampai sekarang tak pernah mengizinkan Naruto dan timnnya mengambil misi di luar desa. Jika ada yang bertanya kenapa alasan sebenarnya hanyalah ia hanya takut anaknya terlalu jauh, itu saja.
Menjambak rambut pirangnya frustasi Minato memanggil para Anbu dan menyuruh mereka mencari Naruto.
Ia bisa saja mencari Naruto saat ini bahkan dalam waktu sedetik karena ia telah memasang Fuin Hiraishin di tubuh Naruto, tapi ia tahu hal itu akan membuat Naruto tambah kesal.
Sepertinya ia harus segera meminta maaf kepada sang penyangga hidupnya tersebut setelah ini. Ia tak sangup jika Naruto akan mendiamkannya lagi, bahkan walaupun untuk satu jam saja.
#
#
#Naruto Namikaze Uzumaki#
#
#
"Ayolah Tou-chan... Aku bosan dengan misi seperti ini, aku mau yang lebih menantang dan keluar desa!" teriak bocah pirang yang adalah anak tunggal sang Yondaime tersebut.
"Jika Tou-chan bilang tidak ya tidak Naru-chan! Kau itu masih Genin, dan jangan mengambil misi beresiko tinggi seperti itu!" ucap Minato sambil melipat tangannya.
"Tapi Tou-chan memberi misi pada tim Hinata-chan keluar desa dan ia juga masih Genin!"
Kakashi Hatake hanya bisa ber 'yare-yare' dalam hati melihat pertengkaran Duo Blonde Konoha tersebut.
Ia tak habis pikir tingkat Son-complex Senseinya tersebut telah mencapai tingkat yang melebihi kronis dan tidak pernah hilang ataupun menurun derajat 'ke kronisan-nya' tersebut.
Kakashi ingat dulu ketika ia hampir terkena kunai Minato karena ia mencoba mencubit gemas pipi tembam Naruto yang saat itu berusia 6 bulan.
Ketika itu ia baru saja menyelesaikan misi tingkat A bersama Obito dan sedang menyerahkan laporan misinya kepada sang guru yang menjabat sebagai Hokage tersebut.
Melihat Bayi Naruto yang sedang tertidur di boksnya―Minato meletakkan boks bayi di ruangannya agar ia bisa mengawasi Naruto lebih dekat―dengan wajah super duper kawai mendorong Kakashi ingin mencubit gemas pipi tembemnya tersebut, namun beberapa senti sebelum tangannya menyentuh pipi tan bayi yang sedang tidur tersebut ia refleks menjauh dikarenakan sebuah kunai terbang melesat kearahnya.
Kakashi masih sangat ingat ekspresi marah Minato saat itu. Kakashi bertanya-tanya tentu saja kenapa Minato tersebut melempar kunai tersebut dan jawabannya ternyata sepele namun lebai sekali.
"Kau baru pulang misi Kakashi dan jangan berani menyentuh anakku. Tanganmu itu pasti sangat banyak kuman karena kau belum mandi tentunya. Bagaimana kalau Naru-chan sakit, hah? Sekarang pergi kau dari ruangan ini, siapa tau kau membawa bibit penyakit. Dan jangan kembali sebelum kau bersih total!"
Mengingat hal tersebuf saja membuat Kakashi sweatdrop seketika.
Bahkan dulu ketika Naruto menjalani Imunisasi Balita saja Minato sampai harus ditendang Tsunade keluar karena ia terlalu banyak memberikan pertanyaan 'Bagaimana kalau jarumnya tidak steril? Bagaimana kalau dosisnya kelebihan beberapa mili? Bagaimana kalau Naru-chan ternyata alergi? Bagaimana... bagaimana... bagaimana...' yang lama kelamaan hampir tak masuk akal mengenai dampak Imunisasi kepada anaknya dan bahkan menyuruh atau mungkin bisa disebut memaksa Naruto istirahat selama seminggu di rumah sakit karena kakinya berdarah dikarenakan waktu itu Naruto terjatuh dari tangga Akademi.
Sang Hokage yang sangat ditakuti negara lain tersebut pun bahkan bisa lebih idiot dari pada semua idiot di dunia orang idiot jika melibatkan peninggalan berharga Uzumaki Kushina tersebut.
Kembali ke percekcokan sang Duo Blonde tersebut yang belum berakhir Kakashi akhirnya merebahkan diri bersama dua anggota timnya yang lain Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura di sofa ruangan tersebut sambil menunggu 'perbincangan' ayah dan anak tersebut berhenti.
"Kalau Tou-chan bilang tidak ya artinya tidak Naru-chan! Sekarang keluar dan pulanglah, Tou-chan banyak pekerjaan."
Menggerutu sebal akhirnya Naruto melangkahkan kakinya keluar ruangan tersebut dan seketika itu juga membanting pintu keras-keras.
Hening beberapa saat sampai pada akhirnya Uchiha Sasuke membuka suara.
"Jadi, kami tidak punya misi untuk minggu ini lagi, eh, Yondaime-sama?" tanya Sasuke dengan suara sarkastik.
#
#
#Family Fanfiction#
#
#
Jarum jam kini sudah menunjukkan pukul 10 malam namun Minato masih saja tetap mengetuk-ngetukkan jarinya di meja menunggu sang anak pulang. Perasaan khawatirnya membucah deras dan rasanya ia ingin Sunshin saat ini juga ke belakang Naruto untuk memastikan anaknya tersebut tak melakukan hal yang ceroboh, namun dengan sekuat tenaga ia tetap mencoba menunggu Anbu yang ditugaskannya membawa Naruto pulang.
"Hokage-sama," panggil seorang Anbu bertopeng gajah dengan membungkukan badannya. "Naruto-sama hanya ingin pulang jika Anda yang menjemputnya."
Mengehela napas dalam Minato menjawab "Baiklah, terimakasih. Kau boleh pergi."
Jika benar mitos yang mengatakan jika kau menghela napas maka kebahagiaanmu akan berkurang, maka mungkin stok kebahagiaan Minato telah kandas isinya saat ini.
#
Naruto duduk di tepi danau sambil menggerak-gerakan kakinya sambil memandang hitamnya riak air danau di malam ini. Ia mendesah kecewa. Ada rasa tak enak di hatinya saat ini, ia merasa bersalah kepada Ayahnya namun juga gengsi untuk pulang ke rumah.
"Naru-chan..." mendongak kebelakang ia menemukan sang ayah kini berada di belakangnya dan ikut duduk di sampingnya.
Naruto memalingkan wajahnya, mencoba bertindak tidak peduli dan ber-ekting sebal padahal saat ini ia sangat ingin memeluk dan minta maaf pada sang ayah.
"Maafkan Tou-chan ya..."
Naruto masih memandang ke arah lain dan Minato bahkan merasa kehilangan kata-kata dan rasanya ia ingin melompat saja ke air saat ini.
"Kau masih marah ya? Kau harusnya mengerti sayang, Tou-chan tidak ingin kau terluka kalau kau mengambil misi di luar desa."
Menyerah untuk diam akhirnya Naruto membuka mulutnya "Tapi aku sudah besar Tou-chan, sudah Genin―Naruto menunjuk ikat kepalanya―. Tou-chan selalu bertindak seolah aku masih bayi dan tak bisa apa-apa!"
Minato terdiam, sebenarnya ia mengetahui dengan jelas bagaimana kemampuan Naruto, ia selalu mengawasi dari jauh kalau Naruto sedang berlatih. Tapi tetap saja ia tak ingin sang anak terluka atau mungkin pergi jauh dari sisinya.
"Maafkan Tou-chan sayang... tapi―"
"Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa aku juga bisa hebat seperti Tou-chan kalau Tou-chan bahkan tak mengizinkan aku mengambil misi di luar desa!"
"Naru―"
"Aku bosan diperlakukan spesial karena aku adalah anak seorang Hokage dan bukan karena diriku sendiri!"
Minato benar-benar tak bisa berkata apa-apa sekarang. Ia tahu bahwa ia terlalu protektif terhadap Naruto namun egonya selalu menguasai dirinya.
"Tou-chan... sekali saja... biarkan Naru mengambil misi diatas misi D yang membosankan itu... Naru mohon Tou-chan..."
Ketika Naruto memanggil dirinya sendiri dengan nama 'Naru' dan memasang wajah memelas anak anjing tersebut pastinya Minato benar-benar tak akan pernah bisa membantahnya.
"Baiklah" kata-kata tersebut meluncur mulus dari mulut Minato dan membuat Minato kembali menyesal saat itu juga. "Tapi―"
"Yatta! Tou-chan memang orang paling baik di dunia!" teriak Naruto kegirangan dan langsung menghujam sang ayah dengan pelukan mautnya dan lupa bahwa ia ada di tepi danau.
Byuurr!
Minato dan Naruto jatuh ke air dengan tidak elitnya.
END

Pendek dan garing ya? Maaf haha. Akhir-akhir ini lagi kepincut sama fanfic family hehe.
Maaf kalau alurnya cepat dan membingungkan dan banyak typos #bungkukbungkuk
Arigatou Gozaimasu udah baca =))

OMAKE

"Tou-chan... Naru ingin misi keluar desa..." gumam Naruto pelan si sela-sela selimut dan kembali bersin ketika Minato duduk di tepi ranjangnya menyiapkan obat flu.
"Kita bicarakan nanti setelah kau sembuh, oke? Siapa suruh kau meloncat ke danau heh?"
"Hmmm..."
Pertama kalinya selama 12 tahun Minato bersyukur sang anak terkena flu karena ia bisa menahan sang anak untuk tak mengambil misi selama beberapa hari.
Minato telah menyiapkan sebuah rencana ketika Naruto sembuh nanti dan mengambil misi keluar desa nanti.
Ia akan menyuruh setengah lusin Anbu untuk mengawasi anaknya yang akan mengambil misi tingkat C tersebut, dan sebagai rencana B ia akan menyuruh bunshinnya saja yang bekerja dan ia akan mengendap-ngendap di belakang Tim 7. Ide Bagus Minato! Kau jenius!
Ah yaa, itu adalah rencana paling matang yang telah disiapkannya untuk ini.
Minato bahkan melupakan bahwa ini adalah misi C sepele yang bahkan tak berjarak 15 kilometer dari Konoha dan juga sepertinya ia juga melupakan Naruto mempunyai Guru Jounin jenius yang lulus ujian Chuunin pada usia 6 tahun tersebut.
Haduuhh... Kau terlalu lebai Minato...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Fanfic: Cemburu Chapter 5

CEMBURU Chapter 5


A DETECTIVE CONAN FANFICTION by Infaramona
"Why should i care? Cause you werent there when i was scared. I was so alone. "
― Avril Lavigne (Losing Grip)

"Sejarah baru di dunia persepakbolaan antar SD se Tokyo―"
"―jatuh pingsan dengan tak elitnya di atas podium karena patah hati, menyedihkan."
"Kau masih mempertahankan kegiatanmu beberapa bulan belakangan ini?"
"Entahlah… Aku tak mau kembali ke ruangan ini dengan alasan seperti yang kau katakan pada awal tadi―jatuh pingsan karena kelelahan patah hati―kau benar, itu menyedihkan."
"Tumben kau mau mengakuinya?"
"Karena kau memang benar Putri pengantuk. Aku memang bodoh akhir-akhir ini."
...
"Ngapain Kaa-san disini? Bagaimana kalau Ran datang?"
"Uhh… Shin-chan tega sama Kaa-san. Kaa-san kan kawatir dengan kamu, sayaaangggg."
"Aku bukan anak kecil Kaa-san!"
"Tapi secara fisik kau masih anak kecil, heh, Kudo-kun?"
"Akhirnya Shin-chan kecilku merasakan sakit hati..."
"..."
"Ohh... Shin-chan kecilku yang malaaangg..."
"Ohh... Shin-chan kecilku―"
...
"Terserah kalian..."
"Dan Haibara? Prototype yang kemarin kau beri padaku untuk apa?"
"Kau tak tahu? Kau benar-benar bodoh karena patah hati ya?"
"Ya aku tahu!"
"Aku tak mau tambah lama disini, kau tahu?"
"Tentu saja, memangnya kenapa?"
"Aku sudah mencoba pada tikus percobaanku dan itu berhasil dengan tenggang waktu agak lama... ya sekitar dua minggu."
"Maksudmu aku tikus percobaanmu begitu, hah?"
"Ya, itu kau mengerti. Ternyata kau tak bodoh-bodoh juga ya..."
...
"Yasudah kalau kau tak mau!"
"Aku membuatnya sampai tak tidur tahu! Aku bosan melihatmu yang seakan 'hidup segan mati tak mau' gara-gara Ran! Kau menyebalkan!"
"Yasudah. Maafkan aku..."
"Terserah kau lah..."
"Mungkin Ai-chan mau membantumu? Ya kan Ai-chan?"
"Entahlah... mungkin dompet Tas edisi terbatas Fusae brand edisi bulan ini bisa menjawabnya..."
"Oke Deal!"
Cemburu Chapter 5
ENJOY!
Matahari terbit agak terlambat hari ini, mungkin dikarenakan faktor cuaca yang menyebabkan awan mendung menguasai langit dari fajar menyingsing. Tapi tak usah hiraukan keklisean mengenai cuaca pagi ini karena sang tokoh utama kita merasa berbahagia pagi ini.
Conan Edogawa, seorang bocah yang baru naik kelas ke kelas 5 SD senang sekali pagi ini karena ia sudah bisa keluar dari rumah sakit yang menurutnya terkutuk itu. Jika ada yang bertanya kenapa ia bisa masuk rumah sakit jawabannya adalah sang bocah yang menurut seorang 'Putri Sinis Pengantuk' itu bodoh, kelelahan karena sakit hati tentang cintanya yang berpindah kelain hati.
Namun, kebahagiaan Conan pagi ini segera menciut drastis ketika ia mendengar cekikikan samar-samar yang makin keras terdengar di depan pintu kamar rawat inapnya.
"Conan-kun! Akhirnya kau keluar rumah sakit juga! Naoko senang sekali loh!" Terlihat seorang seorang bocah atau gadis berumur mungkin 12 tahun dengan mata berbinar-binar yang berusaha untuk memeluk Conan saat ini juga.
Dibelakang gadis yang menurut Conan 'mendokusai' itu ternyata masih banyak yang sejenis dengan gadis yang mendeklarasikan namanya Naoko itu yang bisa kita sebut dengan 'Members of Edogawa Conan FansClub' yang telah bersedia bangun pagi hari untuk menjemput sang pujaan hati keluar dari rumah sakit.
"Ermm... Sankyuu Naoko-chan... Ermm... bisakah kau enyah dari pelukanku?" gumam Conan dengan berusaha mengenyahkan tangan sang ketua penggemarnya tersebut dari tubuhnya.
"Conan-kun jahat..." Naoko mencibirkan bibirnya pura-pura sedih untuk mendapatkan perhatian sang pujaan hati.
Tak perduli dengan sang cewek menyebalkan tersebut Conan malah pura-pura sibuk membereskan sesuatu yang tak tahu apalah itu.
"Wah pagi-pagi sudah banyak yang datang ya, beruntung sekali Conan-kun punya banyak teman," ucap Ran yang baru kembali dari ruang administrasi dan agak terkejut menemukan ruangan sang adik angkat telah penuh dengan banyak gadis-gadis yang sedang beranjak remaja tersebut.
"Ohayou semuanya" ucap Ran dengan senyuman ramahnya dibalik kegelian.
"Ohayou Ran-neechan..." ucap semua gadis itu serentak.
Conan masih memasang wajah sebal saat ini, tapi di dalam hati ia bersyukur tak ada Haibara disini, karena kalau ada Haibara pasti Conan habis menjadi bahan olok-olokan.
Sesampainya di rumah Conan berharap dengan amat-sangat-sungguh kepada Kami-Sama agar semua perempuan-perempuan yang mengikutinya dari rumah sakit tersebut hilang atau lenyap dari hadapannya saat ini, namun sialnya makin banyak teman-teman SD-nya yang datang kerumahnya dan membuat harinya makin menyebalkan. Untung saja saat ia sangat uring-uringan seperti ini Ran mengingatkan bahwa ia masih butuh istirahat kepada semua tamu tak diundang tersebut dan membuat semua para 'penjenguknya' itu pamit undur diri atau bisa disebut pulang.
"Aku tahu kau sangat risih, Conan-kun" ucap Ran sambil merapikan tempat tidur.
Ahh Ran sangat mengerti dirinya.
Conan mengerucutkan bibirnya sebal, mungkin sifat anak kecil kini telah benar-benar melekat didirinya.
"Mereka menyebalkan!"
Ran hanya tertawa sambil mangacak pelan rambut Conan dan langsung berkata ia harus segera membuat makanan dan menyuruh Conan untuk istirahat.
Setelah Ran menutup pintu kamarnya, Conan hanya bisa menatap daun pintu yang tertutup itu dengan pandangan menerawang. Masalah mengenai penggemarnya tadi telah cepat terlupakan di benaknya dan kini beralih dengan kotak kecil yang sedang bersembunyi manis di saku jaketnya.
Ia kembali memutar otak untuk memikirkan bagaimana ia harus bersikap nanti. Apa sebenarnya rencana Haibara dan mengapa ia menyerahkan kotak berisi prototype APTX4869 ini padanya. Jika Haibara mengira jika ia bisa menjadi Shinichi Kudo selama dua minggu akan bisa membuat permasalahannya berakhir ia salah besar karena menurut Conan hal itu akan semakin membuat masalahnya semakin runyam.
Jika ia muncul sebagai Shinichi di tengah-tengah hubungan Ran dengan Toyama mungkin akan membuat hubungannya dengan Ran akan semakin jauh. Ia malah berpikir untuk menerima dan merelakan takdirnya yang seperti ini dan menjadi Edogawa Conan selamanya dan mengubur Shinichi Kudo jauh-jauh di perut bumi karena ia seharusnya tak patah hati berlarut-larut yang membuat kepintarannya mengilang yang menurutnya sangat menyedihkan ini dan seharusnya ia senang dan berusaha menerima Toyama yang telah menyembuhkan hati Ran yang telah terluka sangat dalam.
"Arrghhhtt," teriak Conan pelan sambil menjambak rambutnya. "Apa yang harus aku lakukan?"
Conan benar-benar frustasi saat ini... atau kita bisa bilang galau?
#
#
#
Ran memasukkan semua buku yang berada di atas meja kedalam tasnya. Hari ini jam pelajaran di kampusnya tak terlalu banyak yang berarti ia bisa pulang cepat. Rencananya Ran akan segera ke Supermarket untuk membeli barang-barang harian dan setelah itu ia akan mampir ke toko kue.
Namun alangkah kagetnya ia ketika melihat seorang pria berkemeja coklat yang saat ini berstatus pacarnya sedang berdiri di depan pagar kampus dan sedang melambai kearahnya.
Wajah Ran sontak memerah saat itu juga karena tiba-tiba ia jadi pusat perhatian karena ditunggu oleh laki-laki yang mendapat predikat 'cowo paling kece' di kampusnya tersebut.
"Kau tidak bekerja, Toyama-kun?"
Zhhrr... Ran merasakan darahnya naik ke wajahnya.
"Aku libur, dan aku ingin menemuimu."
"Bagaimana kau tahu aku pulang cepat, Toyama-kun?" tanya Ran dengan wajah yang telah memerah.
"I always know all the things about you, Hime" jawab Toyama dengan senyum manis dan membuat darah Ran naik dengan kecepatan maksimum ke wajahnya.
"Ermm... kau bawa mobil, eh, Toyama-kun?" tanya Ran mencoba mengalihkan perhatian. "Mobil baru? Bukannya kau baru bekerja beberapa bulan?"
"Aku baru membelinya dengan uang tabunganku, dengan sedikit bantuan Chichi tentunya." jawab Toyama dengan kekehan kecil. "Kau mau kemana Ran-chan?"
Wajah merah Ran yang tadi telah pudar kembali merah karena Toyama memanggilnya dengan suffix 'chan'.
"Aku mau ke Supermarket untuk belanja bulanan." Walaupun telah menjalin hubungan selama beberapa bulan, tetapi Ran masih tetap canggung dengan yang namanya berpacaran. Ran mengakui ia lebih nyaman bersama Shinichi walaupun Detektif itu lebih sering menceritakan tentang dirinya daripada mengajak Ran ngobrol tapi Ran tetap merasa nyaman. Hal ini berbeda sekali dengan saat-saat ia bersama Toyama walaupun Toyama selalu memperhatikan Ran dan manis padanya.
'Sudahlah Ran, lupakan! Lupakan! Mungkin inilah rasa menjalin hubungan yang sebenarnya!'
"Ermm... Ran-chan... Ran... kau tak apa-apa?" tanya Toyama dengan tatapan khawatir.
"Eh.. aku... aku tak apa-apa kok hehe..." bantah Ran cepat.
"Yasudah, ayo ke Supermarket!"
"Ehh, Toyama-kun mau mengantarku?"
"Tentu saja! Untuk apa aku disini, sayang?"
Wajah Ran memerah lagi dan ia segera masuk ke mobil Toyama setelah Toyama mempersilahkannya masuk a la putri raja.
#
#
#
"Ermm... Yukiko-san, kau yakin dengan hal ini?"
Yukiko mengangguk semangat, sambil tetap merapikan rambut Haibara atau yang lebih baik kita panggil Shiho sekarang.
Shiho memandang pantulan dirinya di cermin. Ia telah kembali ke wujud aslinya saat ini, gadis berusia 18 tahun. Ia masih belum bisa menerima―atau mengerti lebih tepatnya― rencana yang telah disepakatinya dengan Yukiko Kudo yang di latarbelakangi oleh dompet kulit keluaran terbaru bulan ini.
"Ya, Shiho-chan," ucap Yukiko masih dengan menata rambut Shiho. "Kau cantik sekali ya, aku jadi iri hahaha."
Shiho hanya mengerucutkan bibirnya dan berpikir dalam hati kenapa ia bisa menerima rencana sang legendaris layar perak ini.
#Flashback On#
Disebuah ruangan yang mirip seperti perpustakaan yang berada di rumah yang di depannya bertuliskan huruf kanji 'Kudo' tampak seorang wanita cantik sedang berbicara serius dengan gadis kecil yang sedang sibuk membaca majalah dengan secangkir minuman dihadapannya.
"Bagaimana Ai-chan, kau setuju tidak? Kau bersamaku datang ke Ran dan mengenalkanmu sebagai teman dekat Shin-chan?"
Ai menutup majalahnya dan menyeruput minumannya karena ia merasa mulai tertarik dengan percakapan ini.
"Untuk apa?"
"Yah, menurutku supaya Ran melupakan Shinichi."
Ai menaikkan alisnya, tak mengerti dengan pernyataan aktris cantik dihadapannya.
"Maksudnya? Dan untuk apa melakukan itu, bukannya Ran sudah punya pacar pengganti Kudo?"
Yukiko menghela napas dalam, "Jadi kau berkenalan dengan Ran dengan mengatas namakan sahabat 'dekat' Shinichi supaya Ran tak berharap lagi tentang Shinichi," ujar Yukiko cepat. "Aku masih melihat di mata Ran bahwa ia masih mencintai Shin-chanku yang bodoh itu. Bagaimana?"
"Tidak mau, aku tak mau mencampuri hubungan mereka! Huh, dan apa juga keuntungannya untukku?"
"Ermmm..." gumam Yukiko sambil menghentak-hentakkan jari telunjuknya ke dagu berlagak sedang berpikir. "Bagaimana kita mencari jawabannya di Mall? Ayo kita cari dompet baru, atau tas?"
"Baiklah!" kata Ai dengan cepat tanpa memikirkan konsekwensi untuk dirinya sendiri.
#Flashback Off#
Ai sangat merutuki nasibnya. Kenapa ia bisa dengan mudahnya menerima bujukan tak jelas dari ibu sang dalang Detective Boys hanya karena sebuah dompet yang ia harus akui sangat amat elegan. Dan karena hal itu juga ia harus meminun percobaannya sendiri untuk mempertanggungjawabkan keputusannya.
"You are so pretty, Ai eh Shiho-chan. Kau membuatku benar-benar iri saat ini."
Ai atau saat ini Shiho berdiri dan menatap pantulan dirinya di cermin. Harus ia akui bahwa ia tampak sangat berbeda saat ini.
Rambut coklatnya yang dulu seleher kini telah menyentuh bahu putihnya dengan hiasan jepit kecil di poninya. Ia jarang menggunakan dress pada saat di organisasi dulu dan lihatlah ia sekarang, menggunakan dress biru karibia lembut dengan dua tali tipis yang tersampir pas di bahunya―ia merasa sangat bukan dirinya. Dress selutut yang sangat pas di tubuhnya dengan ditambah tas tangan dan sepatu hak yang membuat ia berdecak kagum kepada dirinya sendiri.
'Ternyata aku cantik juga ya,' batin Shiho narsis.
"Tuhkan, kau saja bengong melihat dirimu sendiri, apalagi oran lain, Shiho-chan! Aku jadi ingin menjodohkanmu dengan Shin-chan haha"
Tak mampu berkata-kata―ataupun mengelak saat ini― Shiho hanya diam dengan wajah memerah mendengar kata-kata Yukiko dan membuat tawa Yukiko berhenti dan tersenyum lembut kearah Shiho.
"Ayo kita jalan-jalan" ucap Yukiko dengan selingan kedipan mata.
#
#
#
"Kita mau kemana Toyama-kun?" tanya Ran karena tiba-tiba Toyama memarkirkan mobilnya disebuah Mall setelah Toyama dan Ran menghabiskan beberapa puluh menit untuk membeli seluruh kebutuhan keluarga di sebuah Supermarket dan menaruh semua keranjang belanjaannya di bagasi mobil.
"Aku lapar, ayo makan siang!" ajak lelaki yang memakai kemeja coklat tersebut sambil menggandeng tangan Ran.
"Ta-tapi jangan lama-lama ya, aku harus membuat makan siang untuk ayah dan juga Conan"
"Kita beli saja langsung untuk mereka, yuk..."
Dan disinilah mereka, di sebuah restoran makanan Italia dan membicarakan banyak hal sambil menunggu pesanan mereka datang.
Toyama menceritakan mengenai pekerjaannya dan menanyai Ran bagaimana dan apa saja kegiatannya di rumah dan kampus dan sedikit basa-basi yang diakhiri gerutuan, cibiran bibir, wajah kedua sejoli itu memerah dan tentu saja tawa geli.
Ya mungkin saja Ran belum bisa melupakan Shinichi tetapi lama-kelamaan ia juga merasa nyaman di sisi seorang Toyama Natsue.
"Hai Ran-chan!" pembicaraan pasangan tersebut mengenai eksul kampus terhenti mendadak karena ada dua orang yang berjalan ke arah mereka.
"Ahh... Yukiko-obaasan!" Ran langsung berdiri dan menyalami wanita yang diharapkannya dulu menjadi calon mertuanya tersebut. "Tak menyangka bertemu Anda disini, bukannya Anda di Amerika?"
"Aku baru pulang, aku juga tak menyangka bertemu denganmu disini," ucap Yukiko dengan senyum menggoda. "Dan siapa ini Ran-chan? Pacarmu?"
Yukiko tersenyum geli
"Ahh... Iyaa... Yukiko-obaasan ini te-pacarku Hatsue Toyama, Toyama ini Yukiko Kudo, ibu dari te-temanku."
"Salam kenal Yukiko-san, senang bertemu dengan Anda."
"Nice to meet you too, Toyama-san." kata Yukiko dan Toyama saling menjabat tangan. "Dan... ahh ya, kenalkan ini Shiho Miyano, temannya Shinichi."
Mendengar nama Shinichi tersebut Ran membeku dan menatap gadis disamping Yukiko tersebut dan Ran harus mengakui ia sangat cantik.
"Watashiwa Shiho Miyano desu, dozou yoroshiku."

TBC
Pendek ya? maaf maaf alurnya ngebut banget, maafkan saya. Semoga semuanya senang membaca fic saya :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sekolah Dambaanku

Kalau berbicara mengenai sekolah dambaan pasti setiap pelajar mempunyai dambaan masing-masing, entah itu pembagian kelas, fasilitas, pelajaran, ataupun guru.
Menurut saya aspek paling penting sekolah dambaan saya adalah Guru, karena sebagus apapun sekolah beserta fasilitasnya jika guru tidak kompeten dan tidak bisa berinteraksi dengan siswa pastilah sekolah tersebut akan menjadi momok dan membosankan untuk siswa karena rata-rata siswa tak akan mau belajar jika tak ada guru.
Semua guru pastinya mempunyai cara mengajar yang berbeda-beda, ada yang lebih suka menyuruh siswanya mencari atau mempelajari sendiri suatu pelajaran dengan sang guru hanya mengajari intinya saja, ada guru yang lebih suka memberi tugas, ada guru yang lebih suka menyuruh murid presentasi, dan ada juga yang hanya berceramah full jam pelajaran. Sekolah dambaan menurut saya sendiri adalah ketika guru-guru dapat menjelaskan materi pelajaran dengan singkat-padat-jelas, dapat berinteraksi yang baik dengan murid dan pastinya tidak memberikan tugas yang terlalu banyak dan bertele-tele kepada muridnya.

Di dalam sistem kurikulum Indonesia saat ini terlalu banyak materi yang harus murid pelajari dan tagihan nilai yang terlalu banyak dalam satu semester yang tidak hanya membuat murid kewalahan, namun guru pun juga. Karena banyaknya tagihan yang harus diisi membuat 'NILAI' lebih berharga dibandingkan 'ILMU' yang harus didapatkan murid sekolah saat ini. Guru lebih banyak memberikan tugas dan ulangan untuk mendapatkan nilai tersebut. Bahkan 9 dari 10 teman saya menjawab 'sekolah itu untuk nyari nilai' ketika saya bertanya apa fungsi sekolah menurut mereka. Lihat kan? Bahkan saya sendiri mengakui hal tersebut. 
Dan menurut saya guru-guru saat ini sudah banyak ketinggalan jaman, mereka lebih suka terpaut pada kata-kata di buku yang membuat murid jenuh di sekolah. Banyaknya guru yang sudah harus pensiun dan monoton tak bisa membuat murid nyaman di sekolah. Saya sangat ingin sekali mempunyai guru yang tegas, disiplin namun simpel dalam menjelaskan pelajaran karena penjelasan yang rumit dan bertele-tele akan membuat saya mengantuk dan tak ada satu katapun yang menyangkut di otak saya. Saya juga mengidamkan seorang guru yang suka mengajar sambil bermain, bukan seperi bermain pada taman kanak-kanak, namun permainan yang dapat membuka otak kanan para pelajar, seperti puzzle pelajaran ataupun tebak-tebakkan.
Selanjutnya adalah Mata Pelajaran, terlalu banyak mata pelajaran disekolah membuat murid sangat jenuh. Menurut saya kurikulum di Indonesia sangat-amat-sungguh berat dan banyak sekali. Dan saya adalah salah satu orang yang tidak suka dengan adanya pembagian IPA-IPS-BAHASA pada Sekolah Menengah Atas karena menurut saya saya adalah salah satu korban, menurut saya hal itu diskriminasi. Saya sangat ingin mata pelajaran dipilih langsung oleh para siswa agar jika siswa suka dengan mata pelajaran yang dia pilih pasti akan lebih semangat untuk pelajaran.
Contohnya, jika seorang anak menyukai pelajaran Biologi dan Geografi namun tidak suka dengan Fisika dan Sosiologi jurusan apa yang harus dipilih oleh anak tersebut? IPA atau IPS? Jika ia masuk IPA namun Fisika tidak tuntas maka akan membuat ia tidak naik kelas, dan begitu sebaliknya, jika ia masuk IPS namun Sosiologinya tidak tuntas ia juga tidak akan naik kelas. Lebih baik ia memilih pelajaran yang ia suka saja dengan hasil pengetahuan dan nilainya bagus. Hal ini membuat minat dan semangat siswa untuk belajar menjadi hilang.
Selanjutnya yaitu Ujian Kelulusan atau di Indonesia namanya UN. Saya sangat menolak dengan adanya UN karena itu menurut saya sangat tidak adil. Walaupun kurikulum untuk seluruh wilayah sama namun tidak seluruh pelajar mendapat pelajaran dan fasilitas yang sama. KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di Jakarta dengan Papua pasti berbeda, dan kenapa mereka harus Ujian dengan cara dan soal yang sama? Inilah diskriminasi pendidikan Indonesia yang paling parah!
Saya ingin sekali UN dihapus dan diganti dengan cara ujian yanga lain. Kan tidak adil sekolah dalam 3 tahun―6 tahun untuk SD―kelulusan mereka ditentukan oleh 3-4 hari ujian, dan hanya beberapa pelajaran. Jika kelulusan hanya terpaut 3-6 pelajaran untuk apa pelajar mempelajari pelajaran lain? Untuk apa mata pelajaran yang banyak tersebut jika tidak membantu untuk kelulusan?Apakah mungkin pelajaran tersebut hanya untuk menambah nilai di raport saja? Yang seharusnya meluluskan para murid adalah sekolah karena sekolahlah yang tahu bagaimana prestasi dan sikap para siswa di sekolah.
Saya sangat ingin sistem pelajaran Indonesia untuk kedepannya lebih fleksibel dan tidak terlalu membebani siswa dengan mata pelajaran atau kurikulum yang terlalu ribet untuk para siswa dan pastinya UN dihapuskan. Biarlah para siswa memilih sendiri pelajaran yang diinginkannya agar mereka lebih semangat untuk belajar, jangan paksakan mereka harus belajar pelajaran yang mereka tak suka dan tak mau pelajari. Semoga di masa depan impian saya ini bisa terwujud :)


Thank You :)
Indriyani, siswi SMA Negri 90 Jakarta
Ciledug, Tangerang. 14 Juni 2013, 21.30 WIB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS