Tentang Code Geass




CODE GEASS: LELOUCH OF THE REBELLION 

Pertama kali tau Code Geass karena bener-bener bete gak tau mau ngapain selama liburan sekolah dan mencari Anime seru di internet dan ketemulah seri yang satu ini. Saya langsung download untuk 5 episode awal sekaligus tanpa baca sinopsis dan melihat genre dari anime satu ini. Pada saat menonton episode pertama saya merasa menyesal karena anime ini ber genre mecha (robot) karena saya sendiri kurang suka dengan genre ini. Tapi karena sayang sudah download 5 episode dan bener-bener gak ada yang bisa saya lakuin di rumah akhirnya saya jabanin juga Anime ini.
Tanpa terasa saya sudah langsung menghabiskan 5 episode seri ini tanpa menyadarinya dan langsung buru-buru nyalain modem dan komputer untuk download satu season dari seri ini.
Walaupun mecha, tapi anime ini bener-bener tahu bagaimana cara bikin penonton penasaran, serta konflik politik, strategi, pemberontakan, dan pastinya peperangan.

Code Geass ini sendiri menceritakan pada tahun 2017, tujuh tahun setelah perang, Jepang kalah oleh Britannia dan akhirnya menjadi negara koloni dengan nama Area 11 (Area Jyuichi) dan penduduk Jepang diberi nama Elevens. Britannia saat itu telah menguasai hampir seluruh dunia karena ia menggunakan teknologi robot canggih yang diberi nama Knightmare Frame. Karena hal ini para penduduk Jepang kehilangan hak, harga diri, kebebasan, bahkan nama mereka. Mereka tidak boleh lagi memakai nama Jepang (Nipon) dan harus menyebut negara mereka dengan Area 11.

Tokoh utama dari Anime ini adalah seorang pemuda 17 tahun yang bernama Lelouch Lamperouge. Ia sebenarnya adalah Pangeran dari Britannia namun ia dibuang di Area 11 bersama adiknya Nunnally karena memberontak tak terima ibunya meninggal oleh para teroris dan mengapa Sang AyahRaja BritanniaCharles di Britannia tak menyelamatkan Ibunya. Ia bernama asli Lelouch vi Britannia. Sang adik yang syok karena ia melihat sendiri ketika sang ibu meninggal saat memeluknya akhirnya menjadi lumpuh dan buta. Oleh karena itu, Lelouch bersumpah di depan sahabatnya, Kururugi Suzaku, untuk menghancurkan Britannia demi balas dendam dan keselamatan adiknya dan juga mencari tahu siapa yang membunuh ibunya, Marianne vi Britannia.

Suatu ketika , Lelouch mendapatkan kekuatan Geass dari gadis misterius yang bernama C.C pada saat ia bertemu dengan para tentara yang mengira ia teroris karena ia terperangkap secara tidak sengaja disebuah mobil yang berisi senjata militer rahasia Britannia yang dicuri oleh para pemberontak yang ingin memerdekakan Jepang.

Diambang kematianya, C.C menawarkan sebuah kontrak yang mengikat Lelouch untuk mengabulkan sebuah keinginan C.C atas ganti kekuatan Geass yang diberikan C.C pada Lelouch. Geass adalah sebuah kekuatan yang dapat memaksakan perintah absolut kepada siapapun yang dikehendaki walaupun itu perintah membunuh orang atau bunuh diri.

Code Geass sendiri memiliki 2 season yang terdiri dari 50 Episode—yang saya tonton selama tiga hari—dan satu episodenya memiliki durasi kurang lebih 24 menit.

Hal yang membuat Code Geass sangat epik dimata saya adalah alur dari ceritanya sendiri. Walaupun pada awalnya saya kurang mengerti karena saya dengan sombongnya mendownload yang sub english walaupun tahu Bahasa Inggris saya jeblok, tapi lama kelamaan saya semakin terhanyut oleh storylinenya.

Penggambaran sebuah pemberontakan, politik, dan strategi benar-benar bikin saya terpukau. Silahkan tonton sendiri kalau tidak percaya. Bahkan saya yang anti dengan hal yang berbau robot-robotan saja bisa jadi speechless seperti ini. Dan pastinya ENDING! Code Geass adalah Anime dengan ENDING terbaik dari semua Anime yang pernah saya tonton. Ending yang bikin syok dan galau karen surprise yang gila.

Kekuatan utama dari Anime ini adalah plot twistnya yang bener-bener tidak terduga. Yang bikin saya makin berdecak kagum dan bahkan galau berhari-hari akibat Anime kolaborasi dari Sunrise dan Clamp ini.

Maka gak heran Anime ini pernah menang Tokyo Anime Award dan masuk 10 Anime terbaik versi MyAnimeList

Saya bener-bener rekomendasi Anime yang satu ini buat siapapun di dunia ini haha.

Buat yang mau download bisa disini (Sub English)
Code Geass: Lelouch of the Rebellion  http://www.best-animes.tv/anime/code-geass/
Code Geass: Lelouch of the Rebellion R2  http://www.best-animes.tv/anime/code-geass-r2/
9/10 lah buat Anime yang satu ini.

UNTUK YANG BELOM NONTON CODE GEASS SAMPAI AKHIR R2 SILAHKAN SKIP DISINI KARENA DARI SINI SAYA AKAN MEMBAHAS SPOILER DARI CODE GEASS.
Supaya yang belom nonton dapet surprise yang bikin bengong dan kegalauannya jadi dapet ^o^
Selamat menonton :)

#
#
#
#
#
#
#
#
#

Buat yang sudah nonton Code Geass: Hangyaku no Lelouch ini pasti tau endingnya kan? Ending yang bikin saya galau dan mencoba melarikan diri dengan membaca fanfic-fanfic yang menceritakan kelanjutan Lelouch.

Namun ketika saya sudah kehabisan stok fanfic yang saya pengen baca akhirnya saya nonton ulang berkali-kali sampai saya menemui banyak kejanggalan dari Zero Requiem dan untuk membuktikannya saya browsing ke halaman-halaman Code Geass fan page dan kecurigaan sayapun terbukti!

Kecurigaan saya tersebut adalah kalian pasti tahu kan? Iya! Lelouch masih hidup!

Beberapa teori yang saya dapatkan dari kebenaran Lelouch masih hidup yaitu;

1. Judul dari Anime ini saja CODE GEASS. Artinya ada seseorang yang memiliki keduanya yaitu Code dan  Geass. Lelouch mendapatkan Geass dari C.C dan Code ketika ia membunuh Charles. Seorang yang memiliki Code akan menjadi abadi. Maka Lelouch tak akan mati karena ia memiliki Code Charles.
 
2    2. Setelah Zero Suzaku membunuh Lelouch, Nunnally yang memegang tangan Lelouch dapat menyaksikan memori Lelouch tentang kebanaran Zero Requiem. Bagaimana hal ini mungkin tanpa Code? Sama halnya ketika Lelouch pertama kali bertemu C.C dan C.C memiliki Code? Masuk akal kan?

      3. Jeremiah Gottwald (Orange) yang tersenyum ketika Zero tiba dan bahkan memberikan jalan dengan memberi Zero—Suzaku—jalan. Bukankah Jeremiah sangat loyal dengan Lelouch? Seharusnya ia memberontak ketika orang yang sangat ia hormati harus dibunuh oleh orang lain, walaupun ia tahu hal itu adalah rencana Lelouch sendiri kan? Ia tak akan mungkin setuju.

      4. Judul dari season kedua Code Geass adalah Lelouch of the Rebellion R2. R2 disini mencerminkan Lelouch ketika ia sudah mendapatkan Code. Sama halnya ketika C.C dan V.V. L dalam bahasa Jepang dibaca ‘Eru’ atau ‘R’ yang dalam hal ini mencerminkan nama Lelouch, yaitu Lelouch Lamperouge. R.R.  
      5. Schneizel diperintahkan oleh Lelouch untuk melayani Zero, bukan dirinya. Seharusnya efek samping dari Geass akan hilang jika sang pemiliki Geass meninggal. Namun sampai akhir, Schneizel tetap setia kepada Zero tanpa ada pemberontakan. Artinya Lelouch masih hidup.

      6. Dan yaitu ketika ending Episode 25, ketika C.C tiduran di atas jerami di sebuah cart. C.C berkata;


 “Geass, the power of the Kings, makes people lonely. *laugh* Maybe that’s not quite true after all. Isn’t right, Lelouch?”

Beberapa orang mungkin berpikir bahwa ia berbicara sendiri, namun ada beberapa hal aneh dalam dialog ini. Coba dengerin dan lihat berulang kali deh, kenapa saya bisa bilang begitu, karena; Lihat mata C.C, ketika ia berkata ‘Isn’t Right, Lelouch’ atau dalam Bahasa Jepang ‘Nee, Lelouch?’ pupilnya C.C itu mengarah ke arah supir cart terebut. Yang bisa berarti ia sedang bicara dengan sang pengemudi cart yang sangat mencurigakan tersebut. Masa pakai topi dan jubah ketika hari yang cerah banget.

7. Dan bukti paling gak bisa dibantah yaitu, scene Asli Code Geass yang dipaksa di ‘cut’ agar penonton dapat berspekulasi sendiri.
Nih:

Link Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=gNhyzoq4mxo

Lelouch Is Still Alive! YEAAYYYYY


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Fanfic: Misi Untuk Naruto

NARUTO FANFICTION

A/N: Sebuah fic singkat pengisi kesepian ditinggal sendirian dirumah #plak

"I cannot think of any need in childhood as strong as the need for a father's protection."
- Sigmund Freud

Misi Untuk Naruto
ENJOY!

Alam. Satu kata yang dapat melukiskan seluruh isi bumi yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Alam yang dapat menjadi sahabat dan pelindung setia manusia bahkan alam juga dapat berubah seketika menjadi senjata pemusnah umat manusia dan makhluk lainnya hanya dalam beberapa nano detik jika Tuhan menghendakinya. Alam yang selalu di rusak manusia, tapi selalu memberikan yang terbaik untuk manusia.
Dan alamlah yang menjadi saksi kisah ini.
Hari dimana Minato Namikaze menjadi seorang ayah adalah hari dimana ia kehilangan sang pendamping hidup.
Hari dimana ia menjual dirinya kepada Shinigami karena membuat Fuin: Shiki Fuujin adalah hari dimana sang istri menggantikan posisinya di perut sang Malaikat Maut
Hari dimana ia menggendong lembut sang anak, mengusap rambutnya, mencium keningnya, dan mengenggam jari-jari kecil sang buah hati adalah hari dimana ia melihat bagaimana desa yang di pimpinnya porak poranda akibat ulah Siluman Rubah ekor 9, yang bukan saja membuat hilangnya harta benda, namun juga mengambil korban jiwa.
Namikaze Uzumaki Kushina, seorang wanita bermental baja, berhati mulia, dan ibu yang sangat luar biasa mengorbankan nyawanya hanya untuk keselamatan sang buah hati dan suami tercinta.
Kata-kata terakhir yang di amanatkan ke sang putra tunggal di ambang kehidupannya dapat membuat alam ikut menangis saat itu juga. Dan akhirnya, ia tersenyum lembut yang ditujukan pada sang buah hati tercinta sambil menyambut dekapan sang malaikat pencabut nyawa.
10 Oktober, hari yang menjadi hari pertamanya menjadi seorang ayah, hari yang akan dirayakannya setiap tahun dengan pesta dan kado yang diperuntukan untuk sang anak juga menjadi hari dimana ia memperingati kehilangan pasangan hidupnya, separuh jiwa, sahabat baiknya, dan ibu dari anaknya.

Misi Untuk Naruto
A Naruto Fanfiction
Naruto belongs to Kishimoto Sensei. No money here. Just for fun :)
Misi Untuk Naruto belongs to Infaramona
Rated: K
Minato/Naruto (Not Incest)
Family/General
Warning: OOC, typo(s) gaje, ngantukin dll
Lupakan sejenak masalah yang ada di Manga/Anime aslinya oke? :)

Minato benar-benar lelah saat ini. Bertumpuk-tumpuk dokumen yang harus ia selesaikan masih setia duduk manis di atas mejanya menunggu antrian giliran. Apalagi satu jam yang lalu Rin datang dengan setumpuk dokumen lagi. Minato rasanya ingin sekali berteriak dan membakar semua kertas menyebalkan yang sangat suka beranak pinak ini.
Ia bahkan mulai menyesal kenapa ia mau menjadi Hokage.
Minato melirik jam yang bertengger manis di dinding kantornya dan langsung menghela napas berat ketika menyadari ternyata jarum pendek jam tersebut menunjuk ke angka dua. Ia terlambat makan siang lagi dan Rin sepertinya terlalu asik pacaran dengan Obito sehingga ia lupa lagi untuk membelikan Minato makan siang.
Pasrah dan mencoba tidak peduli dengan perut keroncongannya, Minato terpaksa kembali memeriksa semua laporan yang tadi telah disusun Rin karena ia harus segera menyelesaikannya sampai sore ini juga.
Tok tok tok
Terdengar ketukan di pintu masuk ruangannya dan langsung terbuka ketika Minato mengizinkan sang tamu untuk masuk.
Minato memandang sang tamu yang memakai jaket Chuunin yang entah kenapa terengah-engah tersebut dan bertanya "Ada apa, Kotetsu?"
"Naruto-sama, Yondaime-sama..." Minato kembali menghela napas karena ia tahu apa yang akan di katakan Kotetsu selanjutnya. "Ia mencoret-coret patung Hokage Anda lagi..."
Ternyata benar apa yang dipikirkannya
#
#
#Infaramona#
#
#
"Naru-chan! Turun sekarang juga!" teriak Minato dari bawah Monumen Hokage.
"Tidak mauuuu!" balas Naruto dengan berteriak dan kembali melanjutkan mencoret-coret pipi patung ayahnya tersebut dengan cat sebagai tanda protes.
"NAMIKAZE NARUTO! TURUN SEKARANG JUGA!" kini Minato sudah amat kesal, ia sangat letih karena pekerjaannya ―bahkan ia hanya tidur dua jam tadi malam―dan harinya makin parah karena sang anak kembali membuat ulah.
Mendengar namanya disebut lengkap dan tanpa embel-embel 'chan' membuat Naruto menghentikan aktifitasnya tersebut dan mulai bergidik ngeri melihat wajah marah ayahnya dari atas.
Memberanikan diri ia kembali berteriak menantang "Gak mau! Aku gak mau turun sebelum Tou-chan membolehkan aku mengambil misi di luar desa! Titik!"
Hampir semua warga Konoha kini sedang menyaksikan acara Live Anak dan Ayah tersebut. Namun tanpa sempat mengedipkan mata, Hokage mereka tersebut telah hilang dan langsung berpindah kebelakang sang putra tunggalnya itu.
Naruto hanya bisa terdiam dan merinding ketika ia merasakan ada hawa berbeda tapi sangat ia kenal dibelakangnya saat ini.
"Turun sekarang Naruto! Kau dihukum membersihkan patung ini dan seminggu tanpa Ichiraku! Jika kau melanggar, status Genin-mu akan Tou-chan cabut dan kau kembali ke Akademi! Mengerti sayang?"
Glek.
Naruto hanya bisa mengangguk saat itu juga.
#
#
#Minato Namikaze#
#
#
Minato mengetuk-ngetukkan jarinya tak sabaran di atas meja makan. Ia tak menyentuh semua makanan yang tersaji di meja hampir selama satu jam walaupun ia sudah kelaparan dari tadi siang.
Hatinya sangat resah karena sang anak tersayang belum juga pulang kerumah.
Perasaan menyesal kembali memenuhi hati Minato, ia sangat amat takut Naruto tak pulang karena ia sekarang kesal dan benci padannya saat ini.
Tadi siang ia tak sadar telah berteriak dan mengancam anaknya tersebut. Ia hanya sangat lelah dan tak sadar bahwa ia mungkin melukai perasaan Naruto.
Bahkan alasan Naruto mencoret-coret patungnya tersebut juga karena ia sampai sekarang tak pernah mengizinkan Naruto dan timnnya mengambil misi di luar desa. Jika ada yang bertanya kenapa alasan sebenarnya hanyalah ia hanya takut anaknya terlalu jauh, itu saja.
Menjambak rambut pirangnya frustasi Minato memanggil para Anbu dan menyuruh mereka mencari Naruto.
Ia bisa saja mencari Naruto saat ini bahkan dalam waktu sedetik karena ia telah memasang Fuin Hiraishin di tubuh Naruto, tapi ia tahu hal itu akan membuat Naruto tambah kesal.
Sepertinya ia harus segera meminta maaf kepada sang penyangga hidupnya tersebut setelah ini. Ia tak sangup jika Naruto akan mendiamkannya lagi, bahkan walaupun untuk satu jam saja.
#
#
#Naruto Namikaze Uzumaki#
#
#
"Ayolah Tou-chan... Aku bosan dengan misi seperti ini, aku mau yang lebih menantang dan keluar desa!" teriak bocah pirang yang adalah anak tunggal sang Yondaime tersebut.
"Jika Tou-chan bilang tidak ya tidak Naru-chan! Kau itu masih Genin, dan jangan mengambil misi beresiko tinggi seperti itu!" ucap Minato sambil melipat tangannya.
"Tapi Tou-chan memberi misi pada tim Hinata-chan keluar desa dan ia juga masih Genin!"
Kakashi Hatake hanya bisa ber 'yare-yare' dalam hati melihat pertengkaran Duo Blonde Konoha tersebut.
Ia tak habis pikir tingkat Son-complex Senseinya tersebut telah mencapai tingkat yang melebihi kronis dan tidak pernah hilang ataupun menurun derajat 'ke kronisan-nya' tersebut.
Kakashi ingat dulu ketika ia hampir terkena kunai Minato karena ia mencoba mencubit gemas pipi tembam Naruto yang saat itu berusia 6 bulan.
Ketika itu ia baru saja menyelesaikan misi tingkat A bersama Obito dan sedang menyerahkan laporan misinya kepada sang guru yang menjabat sebagai Hokage tersebut.
Melihat Bayi Naruto yang sedang tertidur di boksnya―Minato meletakkan boks bayi di ruangannya agar ia bisa mengawasi Naruto lebih dekat―dengan wajah super duper kawai mendorong Kakashi ingin mencubit gemas pipi tembemnya tersebut, namun beberapa senti sebelum tangannya menyentuh pipi tan bayi yang sedang tidur tersebut ia refleks menjauh dikarenakan sebuah kunai terbang melesat kearahnya.
Kakashi masih sangat ingat ekspresi marah Minato saat itu. Kakashi bertanya-tanya tentu saja kenapa Minato tersebut melempar kunai tersebut dan jawabannya ternyata sepele namun lebai sekali.
"Kau baru pulang misi Kakashi dan jangan berani menyentuh anakku. Tanganmu itu pasti sangat banyak kuman karena kau belum mandi tentunya. Bagaimana kalau Naru-chan sakit, hah? Sekarang pergi kau dari ruangan ini, siapa tau kau membawa bibit penyakit. Dan jangan kembali sebelum kau bersih total!"
Mengingat hal tersebuf saja membuat Kakashi sweatdrop seketika.
Bahkan dulu ketika Naruto menjalani Imunisasi Balita saja Minato sampai harus ditendang Tsunade keluar karena ia terlalu banyak memberikan pertanyaan 'Bagaimana kalau jarumnya tidak steril? Bagaimana kalau dosisnya kelebihan beberapa mili? Bagaimana kalau Naru-chan ternyata alergi? Bagaimana... bagaimana... bagaimana...' yang lama kelamaan hampir tak masuk akal mengenai dampak Imunisasi kepada anaknya dan bahkan menyuruh atau mungkin bisa disebut memaksa Naruto istirahat selama seminggu di rumah sakit karena kakinya berdarah dikarenakan waktu itu Naruto terjatuh dari tangga Akademi.
Sang Hokage yang sangat ditakuti negara lain tersebut pun bahkan bisa lebih idiot dari pada semua idiot di dunia orang idiot jika melibatkan peninggalan berharga Uzumaki Kushina tersebut.
Kembali ke percekcokan sang Duo Blonde tersebut yang belum berakhir Kakashi akhirnya merebahkan diri bersama dua anggota timnya yang lain Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura di sofa ruangan tersebut sambil menunggu 'perbincangan' ayah dan anak tersebut berhenti.
"Kalau Tou-chan bilang tidak ya artinya tidak Naru-chan! Sekarang keluar dan pulanglah, Tou-chan banyak pekerjaan."
Menggerutu sebal akhirnya Naruto melangkahkan kakinya keluar ruangan tersebut dan seketika itu juga membanting pintu keras-keras.
Hening beberapa saat sampai pada akhirnya Uchiha Sasuke membuka suara.
"Jadi, kami tidak punya misi untuk minggu ini lagi, eh, Yondaime-sama?" tanya Sasuke dengan suara sarkastik.
#
#
#Family Fanfiction#
#
#
Jarum jam kini sudah menunjukkan pukul 10 malam namun Minato masih saja tetap mengetuk-ngetukkan jarinya di meja menunggu sang anak pulang. Perasaan khawatirnya membucah deras dan rasanya ia ingin Sunshin saat ini juga ke belakang Naruto untuk memastikan anaknya tersebut tak melakukan hal yang ceroboh, namun dengan sekuat tenaga ia tetap mencoba menunggu Anbu yang ditugaskannya membawa Naruto pulang.
"Hokage-sama," panggil seorang Anbu bertopeng gajah dengan membungkukan badannya. "Naruto-sama hanya ingin pulang jika Anda yang menjemputnya."
Mengehela napas dalam Minato menjawab "Baiklah, terimakasih. Kau boleh pergi."
Jika benar mitos yang mengatakan jika kau menghela napas maka kebahagiaanmu akan berkurang, maka mungkin stok kebahagiaan Minato telah kandas isinya saat ini.
#
Naruto duduk di tepi danau sambil menggerak-gerakan kakinya sambil memandang hitamnya riak air danau di malam ini. Ia mendesah kecewa. Ada rasa tak enak di hatinya saat ini, ia merasa bersalah kepada Ayahnya namun juga gengsi untuk pulang ke rumah.
"Naru-chan..." mendongak kebelakang ia menemukan sang ayah kini berada di belakangnya dan ikut duduk di sampingnya.
Naruto memalingkan wajahnya, mencoba bertindak tidak peduli dan ber-ekting sebal padahal saat ini ia sangat ingin memeluk dan minta maaf pada sang ayah.
"Maafkan Tou-chan ya..."
Naruto masih memandang ke arah lain dan Minato bahkan merasa kehilangan kata-kata dan rasanya ia ingin melompat saja ke air saat ini.
"Kau masih marah ya? Kau harusnya mengerti sayang, Tou-chan tidak ingin kau terluka kalau kau mengambil misi di luar desa."
Menyerah untuk diam akhirnya Naruto membuka mulutnya "Tapi aku sudah besar Tou-chan, sudah Genin―Naruto menunjuk ikat kepalanya―. Tou-chan selalu bertindak seolah aku masih bayi dan tak bisa apa-apa!"
Minato terdiam, sebenarnya ia mengetahui dengan jelas bagaimana kemampuan Naruto, ia selalu mengawasi dari jauh kalau Naruto sedang berlatih. Tapi tetap saja ia tak ingin sang anak terluka atau mungkin pergi jauh dari sisinya.
"Maafkan Tou-chan sayang... tapi―"
"Bagaimana aku bisa membuktikan bahwa aku juga bisa hebat seperti Tou-chan kalau Tou-chan bahkan tak mengizinkan aku mengambil misi di luar desa!"
"Naru―"
"Aku bosan diperlakukan spesial karena aku adalah anak seorang Hokage dan bukan karena diriku sendiri!"
Minato benar-benar tak bisa berkata apa-apa sekarang. Ia tahu bahwa ia terlalu protektif terhadap Naruto namun egonya selalu menguasai dirinya.
"Tou-chan... sekali saja... biarkan Naru mengambil misi diatas misi D yang membosankan itu... Naru mohon Tou-chan..."
Ketika Naruto memanggil dirinya sendiri dengan nama 'Naru' dan memasang wajah memelas anak anjing tersebut pastinya Minato benar-benar tak akan pernah bisa membantahnya.
"Baiklah" kata-kata tersebut meluncur mulus dari mulut Minato dan membuat Minato kembali menyesal saat itu juga. "Tapi―"
"Yatta! Tou-chan memang orang paling baik di dunia!" teriak Naruto kegirangan dan langsung menghujam sang ayah dengan pelukan mautnya dan lupa bahwa ia ada di tepi danau.
Byuurr!
Minato dan Naruto jatuh ke air dengan tidak elitnya.
END

Pendek dan garing ya? Maaf haha. Akhir-akhir ini lagi kepincut sama fanfic family hehe.
Maaf kalau alurnya cepat dan membingungkan dan banyak typos #bungkukbungkuk
Arigatou Gozaimasu udah baca =))

OMAKE

"Tou-chan... Naru ingin misi keluar desa..." gumam Naruto pelan si sela-sela selimut dan kembali bersin ketika Minato duduk di tepi ranjangnya menyiapkan obat flu.
"Kita bicarakan nanti setelah kau sembuh, oke? Siapa suruh kau meloncat ke danau heh?"
"Hmmm..."
Pertama kalinya selama 12 tahun Minato bersyukur sang anak terkena flu karena ia bisa menahan sang anak untuk tak mengambil misi selama beberapa hari.
Minato telah menyiapkan sebuah rencana ketika Naruto sembuh nanti dan mengambil misi keluar desa nanti.
Ia akan menyuruh setengah lusin Anbu untuk mengawasi anaknya yang akan mengambil misi tingkat C tersebut, dan sebagai rencana B ia akan menyuruh bunshinnya saja yang bekerja dan ia akan mengendap-ngendap di belakang Tim 7. Ide Bagus Minato! Kau jenius!
Ah yaa, itu adalah rencana paling matang yang telah disiapkannya untuk ini.
Minato bahkan melupakan bahwa ini adalah misi C sepele yang bahkan tak berjarak 15 kilometer dari Konoha dan juga sepertinya ia juga melupakan Naruto mempunyai Guru Jounin jenius yang lulus ujian Chuunin pada usia 6 tahun tersebut.
Haduuhh... Kau terlalu lebai Minato...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Fanfic: Cemburu Chapter 5

CEMBURU Chapter 5


A DETECTIVE CONAN FANFICTION by Infaramona
"Why should i care? Cause you werent there when i was scared. I was so alone. "
― Avril Lavigne (Losing Grip)

"Sejarah baru di dunia persepakbolaan antar SD se Tokyo―"
"―jatuh pingsan dengan tak elitnya di atas podium karena patah hati, menyedihkan."
"Kau masih mempertahankan kegiatanmu beberapa bulan belakangan ini?"
"Entahlah… Aku tak mau kembali ke ruangan ini dengan alasan seperti yang kau katakan pada awal tadi―jatuh pingsan karena kelelahan patah hati―kau benar, itu menyedihkan."
"Tumben kau mau mengakuinya?"
"Karena kau memang benar Putri pengantuk. Aku memang bodoh akhir-akhir ini."
...
"Ngapain Kaa-san disini? Bagaimana kalau Ran datang?"
"Uhh… Shin-chan tega sama Kaa-san. Kaa-san kan kawatir dengan kamu, sayaaangggg."
"Aku bukan anak kecil Kaa-san!"
"Tapi secara fisik kau masih anak kecil, heh, Kudo-kun?"
"Akhirnya Shin-chan kecilku merasakan sakit hati..."
"..."
"Ohh... Shin-chan kecilku yang malaaangg..."
"Ohh... Shin-chan kecilku―"
...
"Terserah kalian..."
"Dan Haibara? Prototype yang kemarin kau beri padaku untuk apa?"
"Kau tak tahu? Kau benar-benar bodoh karena patah hati ya?"
"Ya aku tahu!"
"Aku tak mau tambah lama disini, kau tahu?"
"Tentu saja, memangnya kenapa?"
"Aku sudah mencoba pada tikus percobaanku dan itu berhasil dengan tenggang waktu agak lama... ya sekitar dua minggu."
"Maksudmu aku tikus percobaanmu begitu, hah?"
"Ya, itu kau mengerti. Ternyata kau tak bodoh-bodoh juga ya..."
...
"Yasudah kalau kau tak mau!"
"Aku membuatnya sampai tak tidur tahu! Aku bosan melihatmu yang seakan 'hidup segan mati tak mau' gara-gara Ran! Kau menyebalkan!"
"Yasudah. Maafkan aku..."
"Terserah kau lah..."
"Mungkin Ai-chan mau membantumu? Ya kan Ai-chan?"
"Entahlah... mungkin dompet Tas edisi terbatas Fusae brand edisi bulan ini bisa menjawabnya..."
"Oke Deal!"
Cemburu Chapter 5
ENJOY!
Matahari terbit agak terlambat hari ini, mungkin dikarenakan faktor cuaca yang menyebabkan awan mendung menguasai langit dari fajar menyingsing. Tapi tak usah hiraukan keklisean mengenai cuaca pagi ini karena sang tokoh utama kita merasa berbahagia pagi ini.
Conan Edogawa, seorang bocah yang baru naik kelas ke kelas 5 SD senang sekali pagi ini karena ia sudah bisa keluar dari rumah sakit yang menurutnya terkutuk itu. Jika ada yang bertanya kenapa ia bisa masuk rumah sakit jawabannya adalah sang bocah yang menurut seorang 'Putri Sinis Pengantuk' itu bodoh, kelelahan karena sakit hati tentang cintanya yang berpindah kelain hati.
Namun, kebahagiaan Conan pagi ini segera menciut drastis ketika ia mendengar cekikikan samar-samar yang makin keras terdengar di depan pintu kamar rawat inapnya.
"Conan-kun! Akhirnya kau keluar rumah sakit juga! Naoko senang sekali loh!" Terlihat seorang seorang bocah atau gadis berumur mungkin 12 tahun dengan mata berbinar-binar yang berusaha untuk memeluk Conan saat ini juga.
Dibelakang gadis yang menurut Conan 'mendokusai' itu ternyata masih banyak yang sejenis dengan gadis yang mendeklarasikan namanya Naoko itu yang bisa kita sebut dengan 'Members of Edogawa Conan FansClub' yang telah bersedia bangun pagi hari untuk menjemput sang pujaan hati keluar dari rumah sakit.
"Ermm... Sankyuu Naoko-chan... Ermm... bisakah kau enyah dari pelukanku?" gumam Conan dengan berusaha mengenyahkan tangan sang ketua penggemarnya tersebut dari tubuhnya.
"Conan-kun jahat..." Naoko mencibirkan bibirnya pura-pura sedih untuk mendapatkan perhatian sang pujaan hati.
Tak perduli dengan sang cewek menyebalkan tersebut Conan malah pura-pura sibuk membereskan sesuatu yang tak tahu apalah itu.
"Wah pagi-pagi sudah banyak yang datang ya, beruntung sekali Conan-kun punya banyak teman," ucap Ran yang baru kembali dari ruang administrasi dan agak terkejut menemukan ruangan sang adik angkat telah penuh dengan banyak gadis-gadis yang sedang beranjak remaja tersebut.
"Ohayou semuanya" ucap Ran dengan senyuman ramahnya dibalik kegelian.
"Ohayou Ran-neechan..." ucap semua gadis itu serentak.
Conan masih memasang wajah sebal saat ini, tapi di dalam hati ia bersyukur tak ada Haibara disini, karena kalau ada Haibara pasti Conan habis menjadi bahan olok-olokan.
Sesampainya di rumah Conan berharap dengan amat-sangat-sungguh kepada Kami-Sama agar semua perempuan-perempuan yang mengikutinya dari rumah sakit tersebut hilang atau lenyap dari hadapannya saat ini, namun sialnya makin banyak teman-teman SD-nya yang datang kerumahnya dan membuat harinya makin menyebalkan. Untung saja saat ia sangat uring-uringan seperti ini Ran mengingatkan bahwa ia masih butuh istirahat kepada semua tamu tak diundang tersebut dan membuat semua para 'penjenguknya' itu pamit undur diri atau bisa disebut pulang.
"Aku tahu kau sangat risih, Conan-kun" ucap Ran sambil merapikan tempat tidur.
Ahh Ran sangat mengerti dirinya.
Conan mengerucutkan bibirnya sebal, mungkin sifat anak kecil kini telah benar-benar melekat didirinya.
"Mereka menyebalkan!"
Ran hanya tertawa sambil mangacak pelan rambut Conan dan langsung berkata ia harus segera membuat makanan dan menyuruh Conan untuk istirahat.
Setelah Ran menutup pintu kamarnya, Conan hanya bisa menatap daun pintu yang tertutup itu dengan pandangan menerawang. Masalah mengenai penggemarnya tadi telah cepat terlupakan di benaknya dan kini beralih dengan kotak kecil yang sedang bersembunyi manis di saku jaketnya.
Ia kembali memutar otak untuk memikirkan bagaimana ia harus bersikap nanti. Apa sebenarnya rencana Haibara dan mengapa ia menyerahkan kotak berisi prototype APTX4869 ini padanya. Jika Haibara mengira jika ia bisa menjadi Shinichi Kudo selama dua minggu akan bisa membuat permasalahannya berakhir ia salah besar karena menurut Conan hal itu akan semakin membuat masalahnya semakin runyam.
Jika ia muncul sebagai Shinichi di tengah-tengah hubungan Ran dengan Toyama mungkin akan membuat hubungannya dengan Ran akan semakin jauh. Ia malah berpikir untuk menerima dan merelakan takdirnya yang seperti ini dan menjadi Edogawa Conan selamanya dan mengubur Shinichi Kudo jauh-jauh di perut bumi karena ia seharusnya tak patah hati berlarut-larut yang membuat kepintarannya mengilang yang menurutnya sangat menyedihkan ini dan seharusnya ia senang dan berusaha menerima Toyama yang telah menyembuhkan hati Ran yang telah terluka sangat dalam.
"Arrghhhtt," teriak Conan pelan sambil menjambak rambutnya. "Apa yang harus aku lakukan?"
Conan benar-benar frustasi saat ini... atau kita bisa bilang galau?
#
#
#
Ran memasukkan semua buku yang berada di atas meja kedalam tasnya. Hari ini jam pelajaran di kampusnya tak terlalu banyak yang berarti ia bisa pulang cepat. Rencananya Ran akan segera ke Supermarket untuk membeli barang-barang harian dan setelah itu ia akan mampir ke toko kue.
Namun alangkah kagetnya ia ketika melihat seorang pria berkemeja coklat yang saat ini berstatus pacarnya sedang berdiri di depan pagar kampus dan sedang melambai kearahnya.
Wajah Ran sontak memerah saat itu juga karena tiba-tiba ia jadi pusat perhatian karena ditunggu oleh laki-laki yang mendapat predikat 'cowo paling kece' di kampusnya tersebut.
"Kau tidak bekerja, Toyama-kun?"
Zhhrr... Ran merasakan darahnya naik ke wajahnya.
"Aku libur, dan aku ingin menemuimu."
"Bagaimana kau tahu aku pulang cepat, Toyama-kun?" tanya Ran dengan wajah yang telah memerah.
"I always know all the things about you, Hime" jawab Toyama dengan senyum manis dan membuat darah Ran naik dengan kecepatan maksimum ke wajahnya.
"Ermm... kau bawa mobil, eh, Toyama-kun?" tanya Ran mencoba mengalihkan perhatian. "Mobil baru? Bukannya kau baru bekerja beberapa bulan?"
"Aku baru membelinya dengan uang tabunganku, dengan sedikit bantuan Chichi tentunya." jawab Toyama dengan kekehan kecil. "Kau mau kemana Ran-chan?"
Wajah merah Ran yang tadi telah pudar kembali merah karena Toyama memanggilnya dengan suffix 'chan'.
"Aku mau ke Supermarket untuk belanja bulanan." Walaupun telah menjalin hubungan selama beberapa bulan, tetapi Ran masih tetap canggung dengan yang namanya berpacaran. Ran mengakui ia lebih nyaman bersama Shinichi walaupun Detektif itu lebih sering menceritakan tentang dirinya daripada mengajak Ran ngobrol tapi Ran tetap merasa nyaman. Hal ini berbeda sekali dengan saat-saat ia bersama Toyama walaupun Toyama selalu memperhatikan Ran dan manis padanya.
'Sudahlah Ran, lupakan! Lupakan! Mungkin inilah rasa menjalin hubungan yang sebenarnya!'
"Ermm... Ran-chan... Ran... kau tak apa-apa?" tanya Toyama dengan tatapan khawatir.
"Eh.. aku... aku tak apa-apa kok hehe..." bantah Ran cepat.
"Yasudah, ayo ke Supermarket!"
"Ehh, Toyama-kun mau mengantarku?"
"Tentu saja! Untuk apa aku disini, sayang?"
Wajah Ran memerah lagi dan ia segera masuk ke mobil Toyama setelah Toyama mempersilahkannya masuk a la putri raja.
#
#
#
"Ermm... Yukiko-san, kau yakin dengan hal ini?"
Yukiko mengangguk semangat, sambil tetap merapikan rambut Haibara atau yang lebih baik kita panggil Shiho sekarang.
Shiho memandang pantulan dirinya di cermin. Ia telah kembali ke wujud aslinya saat ini, gadis berusia 18 tahun. Ia masih belum bisa menerima―atau mengerti lebih tepatnya― rencana yang telah disepakatinya dengan Yukiko Kudo yang di latarbelakangi oleh dompet kulit keluaran terbaru bulan ini.
"Ya, Shiho-chan," ucap Yukiko masih dengan menata rambut Shiho. "Kau cantik sekali ya, aku jadi iri hahaha."
Shiho hanya mengerucutkan bibirnya dan berpikir dalam hati kenapa ia bisa menerima rencana sang legendaris layar perak ini.
#Flashback On#
Disebuah ruangan yang mirip seperti perpustakaan yang berada di rumah yang di depannya bertuliskan huruf kanji 'Kudo' tampak seorang wanita cantik sedang berbicara serius dengan gadis kecil yang sedang sibuk membaca majalah dengan secangkir minuman dihadapannya.
"Bagaimana Ai-chan, kau setuju tidak? Kau bersamaku datang ke Ran dan mengenalkanmu sebagai teman dekat Shin-chan?"
Ai menutup majalahnya dan menyeruput minumannya karena ia merasa mulai tertarik dengan percakapan ini.
"Untuk apa?"
"Yah, menurutku supaya Ran melupakan Shinichi."
Ai menaikkan alisnya, tak mengerti dengan pernyataan aktris cantik dihadapannya.
"Maksudnya? Dan untuk apa melakukan itu, bukannya Ran sudah punya pacar pengganti Kudo?"
Yukiko menghela napas dalam, "Jadi kau berkenalan dengan Ran dengan mengatas namakan sahabat 'dekat' Shinichi supaya Ran tak berharap lagi tentang Shinichi," ujar Yukiko cepat. "Aku masih melihat di mata Ran bahwa ia masih mencintai Shin-chanku yang bodoh itu. Bagaimana?"
"Tidak mau, aku tak mau mencampuri hubungan mereka! Huh, dan apa juga keuntungannya untukku?"
"Ermmm..." gumam Yukiko sambil menghentak-hentakkan jari telunjuknya ke dagu berlagak sedang berpikir. "Bagaimana kita mencari jawabannya di Mall? Ayo kita cari dompet baru, atau tas?"
"Baiklah!" kata Ai dengan cepat tanpa memikirkan konsekwensi untuk dirinya sendiri.
#Flashback Off#
Ai sangat merutuki nasibnya. Kenapa ia bisa dengan mudahnya menerima bujukan tak jelas dari ibu sang dalang Detective Boys hanya karena sebuah dompet yang ia harus akui sangat amat elegan. Dan karena hal itu juga ia harus meminun percobaannya sendiri untuk mempertanggungjawabkan keputusannya.
"You are so pretty, Ai eh Shiho-chan. Kau membuatku benar-benar iri saat ini."
Ai atau saat ini Shiho berdiri dan menatap pantulan dirinya di cermin. Harus ia akui bahwa ia tampak sangat berbeda saat ini.
Rambut coklatnya yang dulu seleher kini telah menyentuh bahu putihnya dengan hiasan jepit kecil di poninya. Ia jarang menggunakan dress pada saat di organisasi dulu dan lihatlah ia sekarang, menggunakan dress biru karibia lembut dengan dua tali tipis yang tersampir pas di bahunya―ia merasa sangat bukan dirinya. Dress selutut yang sangat pas di tubuhnya dengan ditambah tas tangan dan sepatu hak yang membuat ia berdecak kagum kepada dirinya sendiri.
'Ternyata aku cantik juga ya,' batin Shiho narsis.
"Tuhkan, kau saja bengong melihat dirimu sendiri, apalagi oran lain, Shiho-chan! Aku jadi ingin menjodohkanmu dengan Shin-chan haha"
Tak mampu berkata-kata―ataupun mengelak saat ini― Shiho hanya diam dengan wajah memerah mendengar kata-kata Yukiko dan membuat tawa Yukiko berhenti dan tersenyum lembut kearah Shiho.
"Ayo kita jalan-jalan" ucap Yukiko dengan selingan kedipan mata.
#
#
#
"Kita mau kemana Toyama-kun?" tanya Ran karena tiba-tiba Toyama memarkirkan mobilnya disebuah Mall setelah Toyama dan Ran menghabiskan beberapa puluh menit untuk membeli seluruh kebutuhan keluarga di sebuah Supermarket dan menaruh semua keranjang belanjaannya di bagasi mobil.
"Aku lapar, ayo makan siang!" ajak lelaki yang memakai kemeja coklat tersebut sambil menggandeng tangan Ran.
"Ta-tapi jangan lama-lama ya, aku harus membuat makan siang untuk ayah dan juga Conan"
"Kita beli saja langsung untuk mereka, yuk..."
Dan disinilah mereka, di sebuah restoran makanan Italia dan membicarakan banyak hal sambil menunggu pesanan mereka datang.
Toyama menceritakan mengenai pekerjaannya dan menanyai Ran bagaimana dan apa saja kegiatannya di rumah dan kampus dan sedikit basa-basi yang diakhiri gerutuan, cibiran bibir, wajah kedua sejoli itu memerah dan tentu saja tawa geli.
Ya mungkin saja Ran belum bisa melupakan Shinichi tetapi lama-kelamaan ia juga merasa nyaman di sisi seorang Toyama Natsue.
"Hai Ran-chan!" pembicaraan pasangan tersebut mengenai eksul kampus terhenti mendadak karena ada dua orang yang berjalan ke arah mereka.
"Ahh... Yukiko-obaasan!" Ran langsung berdiri dan menyalami wanita yang diharapkannya dulu menjadi calon mertuanya tersebut. "Tak menyangka bertemu Anda disini, bukannya Anda di Amerika?"
"Aku baru pulang, aku juga tak menyangka bertemu denganmu disini," ucap Yukiko dengan senyum menggoda. "Dan siapa ini Ran-chan? Pacarmu?"
Yukiko tersenyum geli
"Ahh... Iyaa... Yukiko-obaasan ini te-pacarku Hatsue Toyama, Toyama ini Yukiko Kudo, ibu dari te-temanku."
"Salam kenal Yukiko-san, senang bertemu dengan Anda."
"Nice to meet you too, Toyama-san." kata Yukiko dan Toyama saling menjabat tangan. "Dan... ahh ya, kenalkan ini Shiho Miyano, temannya Shinichi."
Mendengar nama Shinichi tersebut Ran membeku dan menatap gadis disamping Yukiko tersebut dan Ran harus mengakui ia sangat cantik.
"Watashiwa Shiho Miyano desu, dozou yoroshiku."

TBC
Pendek ya? maaf maaf alurnya ngebut banget, maafkan saya. Semoga semuanya senang membaca fic saya :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sekolah Dambaanku

Kalau berbicara mengenai sekolah dambaan pasti setiap pelajar mempunyai dambaan masing-masing, entah itu pembagian kelas, fasilitas, pelajaran, ataupun guru.
Menurut saya aspek paling penting sekolah dambaan saya adalah Guru, karena sebagus apapun sekolah beserta fasilitasnya jika guru tidak kompeten dan tidak bisa berinteraksi dengan siswa pastilah sekolah tersebut akan menjadi momok dan membosankan untuk siswa karena rata-rata siswa tak akan mau belajar jika tak ada guru.
Semua guru pastinya mempunyai cara mengajar yang berbeda-beda, ada yang lebih suka menyuruh siswanya mencari atau mempelajari sendiri suatu pelajaran dengan sang guru hanya mengajari intinya saja, ada guru yang lebih suka memberi tugas, ada guru yang lebih suka menyuruh murid presentasi, dan ada juga yang hanya berceramah full jam pelajaran. Sekolah dambaan menurut saya sendiri adalah ketika guru-guru dapat menjelaskan materi pelajaran dengan singkat-padat-jelas, dapat berinteraksi yang baik dengan murid dan pastinya tidak memberikan tugas yang terlalu banyak dan bertele-tele kepada muridnya.

Di dalam sistem kurikulum Indonesia saat ini terlalu banyak materi yang harus murid pelajari dan tagihan nilai yang terlalu banyak dalam satu semester yang tidak hanya membuat murid kewalahan, namun guru pun juga. Karena banyaknya tagihan yang harus diisi membuat 'NILAI' lebih berharga dibandingkan 'ILMU' yang harus didapatkan murid sekolah saat ini. Guru lebih banyak memberikan tugas dan ulangan untuk mendapatkan nilai tersebut. Bahkan 9 dari 10 teman saya menjawab 'sekolah itu untuk nyari nilai' ketika saya bertanya apa fungsi sekolah menurut mereka. Lihat kan? Bahkan saya sendiri mengakui hal tersebut. 
Dan menurut saya guru-guru saat ini sudah banyak ketinggalan jaman, mereka lebih suka terpaut pada kata-kata di buku yang membuat murid jenuh di sekolah. Banyaknya guru yang sudah harus pensiun dan monoton tak bisa membuat murid nyaman di sekolah. Saya sangat ingin sekali mempunyai guru yang tegas, disiplin namun simpel dalam menjelaskan pelajaran karena penjelasan yang rumit dan bertele-tele akan membuat saya mengantuk dan tak ada satu katapun yang menyangkut di otak saya. Saya juga mengidamkan seorang guru yang suka mengajar sambil bermain, bukan seperi bermain pada taman kanak-kanak, namun permainan yang dapat membuka otak kanan para pelajar, seperti puzzle pelajaran ataupun tebak-tebakkan.
Selanjutnya adalah Mata Pelajaran, terlalu banyak mata pelajaran disekolah membuat murid sangat jenuh. Menurut saya kurikulum di Indonesia sangat-amat-sungguh berat dan banyak sekali. Dan saya adalah salah satu orang yang tidak suka dengan adanya pembagian IPA-IPS-BAHASA pada Sekolah Menengah Atas karena menurut saya saya adalah salah satu korban, menurut saya hal itu diskriminasi. Saya sangat ingin mata pelajaran dipilih langsung oleh para siswa agar jika siswa suka dengan mata pelajaran yang dia pilih pasti akan lebih semangat untuk pelajaran.
Contohnya, jika seorang anak menyukai pelajaran Biologi dan Geografi namun tidak suka dengan Fisika dan Sosiologi jurusan apa yang harus dipilih oleh anak tersebut? IPA atau IPS? Jika ia masuk IPA namun Fisika tidak tuntas maka akan membuat ia tidak naik kelas, dan begitu sebaliknya, jika ia masuk IPS namun Sosiologinya tidak tuntas ia juga tidak akan naik kelas. Lebih baik ia memilih pelajaran yang ia suka saja dengan hasil pengetahuan dan nilainya bagus. Hal ini membuat minat dan semangat siswa untuk belajar menjadi hilang.
Selanjutnya yaitu Ujian Kelulusan atau di Indonesia namanya UN. Saya sangat menolak dengan adanya UN karena itu menurut saya sangat tidak adil. Walaupun kurikulum untuk seluruh wilayah sama namun tidak seluruh pelajar mendapat pelajaran dan fasilitas yang sama. KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di Jakarta dengan Papua pasti berbeda, dan kenapa mereka harus Ujian dengan cara dan soal yang sama? Inilah diskriminasi pendidikan Indonesia yang paling parah!
Saya ingin sekali UN dihapus dan diganti dengan cara ujian yanga lain. Kan tidak adil sekolah dalam 3 tahun―6 tahun untuk SD―kelulusan mereka ditentukan oleh 3-4 hari ujian, dan hanya beberapa pelajaran. Jika kelulusan hanya terpaut 3-6 pelajaran untuk apa pelajar mempelajari pelajaran lain? Untuk apa mata pelajaran yang banyak tersebut jika tidak membantu untuk kelulusan?Apakah mungkin pelajaran tersebut hanya untuk menambah nilai di raport saja? Yang seharusnya meluluskan para murid adalah sekolah karena sekolahlah yang tahu bagaimana prestasi dan sikap para siswa di sekolah.
Saya sangat ingin sistem pelajaran Indonesia untuk kedepannya lebih fleksibel dan tidak terlalu membebani siswa dengan mata pelajaran atau kurikulum yang terlalu ribet untuk para siswa dan pastinya UN dihapuskan. Biarlah para siswa memilih sendiri pelajaran yang diinginkannya agar mereka lebih semangat untuk belajar, jangan paksakan mereka harus belajar pelajaran yang mereka tak suka dan tak mau pelajari. Semoga di masa depan impian saya ini bisa terwujud :)


Thank You :)
Indriyani, siswi SMA Negri 90 Jakarta
Ciledug, Tangerang. 14 Juni 2013, 21.30 WIB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sekolah untuk NILAI?

Untuk apa bersekolah? Mungkin Anda akan berpikiran 'Tentu saja untuk mencari ilmu.'. Ya, saya juga telah diberitahu oleh guru saya ketika saya masih SD tentang mengapa kita harus sekolah. Tapi, kenapa saya malah membuat sebuah tulisan yang dilandasi pertanyaan tersebut?
Akhir-akhir ini saya sering sekali memikirkan hal tersebut dan mulai tak begitu setuju tentang sekolah untuk mencari ilmu.
Dulu ketika saya baru memasuki Taman Kanak-Kanak (TK) saya sangat amat senang. Saya bisa mempunyai dan bermain dengan teman sebaya saya, bernyanyi, berjalan-jalan, dan senam bersama. Rasanya saya sangat sedih ketika masa liburan panjang tiba.
Ketika saya telah melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) semangat saya pun tak berkurang dan mulai lebih serius. Di SD saya dan teman-teman di perkenalkan tentang adanya ulangan harian dan ulangan semester atau ujian kenaikan kelas yang diadakan setiap akhir semester. Guru saya mengatakan bahwa ulangan adalah tolak ukur sebatas apa kemampuan kita terhadap suatu pelajaran dan kita akan mendapatkan sebuah nilai, nilai adalah gambaran jelas seberapa besar kita memahami pelajaran tersebut, jika nilai kita bagus kita adalah anak rajin dan pintar.
Pada masa kelas 1 dan 2 tidak ada yang namanya contek-mencontek, mencontek adalah hal yang tabu bagi seluruh siswa, semuanya belajar sekeras yang mereka mampu.
Namun semakin naiknya tingkat kelas, saya dan teman-teman semakin gila tentang nilai, kunci ketabuan contek mencotek telah terlepas. Nilai adalah segalanya. Bahkan guru di kelas sering membandingkan nilai murid yang satu dengan yang satu lagi.
Di masa-masa SD nafsu belajar saya bisa dibilang di tahap puncak, saya selalu belajar dengan rajin dan mengerjakan semua pr dari guru dengan sungguh-sungguh dan akhirnya dari kelas 4 hingga akhir SD saya selalu meraih juara terbaik di kelas. Saya senang tentu saja, dengan tingginya nilai-nilai saya yang tercetak di buku raport dan membanggakan orang tua.
Ketika semester 2 untuk kelas 6 dimulai, semua guru dan murid di sibukkan dengan adanya UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional), UASBN itu terdapat tiga mata pelajaran, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA.
Guru saya mengatakan jika saya dan teman-teman ingin lulus saya harus bisa mencapai target kelulusan tiga mata pelajaran tersebut.
Ketika itu saya bingung, jika ingin lulus dari SD hanya berdasarkan tiga mata pelajaran tersebut untuk apa saya mencari dan mendapat nilai raport selama 6 tahun di SD? Kenapa saya harus belajar pelajaran lain? Dan apakah pelajaran lain tersebut tidak dianggap untuk bisa meluluskan saya?
Oleh karena itu di hari-hari menjelang UASBN beredar banyak kunci jawaban.
Masuk ke SMP semangat belajar saya telah hilang sedikit demi sedikit. Namun di SMP pelajaran menjadi semakin sulit dan banyak, guru dan murid di tuntut harus menyelesaikan materi yang menurut saya sangat 'bejibun' dalam waktu yang sangat singkat dengan tagihan nilai yang berteriak minta diisi. Jadi fungsi sekolah saat itu di mata saya hanya sebagai wadah untuk mencari nilai. Ketika ulangan tiba, kami tidak mempersiapkan dengan baik diri kami untuk ulangan, namun memikirkan cara bagaimana mencontek agar tidak ketahuan guru.
"Nyontek aja, daripada nilai lo jelek" itu adalah kata-kata yang sangat sering dikumandangkan ketika waktu ulangan harian tiba.
Di penghujung SMP saya dan teman-teman kembali merasakan bagaimana ujian kelulusan yang bernama UN (Ujian Nasional) atau menurut saya ujian nilai. Peraturannya masih sama ketika UASBN dulu, yaitu kita harus lulus dalam mata pelajaran yang diujikan. Mata pelajaran yang diujikan di SMP sama dengan SD namun dengan tambahan Bahasa Inggris. 
Rasanya waktu itu saya sangat bingung, saya SMP selama tiga tahun namun nasib saya hanya ditentukan oleh 4 hari ujian, 4 kertas ujian dengan 4 lembar jawaban komputer, dan 4 pasang pengawas yang berbeda-beda. Untuk apa saya smp 3 tahun kalau begitu? 
Sekte yang paling kuat pada jaman itu adalah 'Nilai Ijazah menentukan nasib elo, nilai bagus elo lulus, nilai sangat bagus elo dapet SMA Negri' 
Untuk mendapatkan SMA negeri kami harus mendapat nem (Kumpulan nilai mata pelajaran yang diujikan di UN) yang bagus. Pada saat itu bocoran/kunci jawaban bukanlah sesuatu yang tabu lagi. Mungkin di waktu SD yang menggunakan bocoran hanya yang mental atau nyali gede, namun ketika SMP saya yakin lebih dari 70% siswa menggunakan kunci jawaban. Mereka berjuang untuk mendapatkan bocoran tersebut, bahkan membelinya dengan harga yang fantastis. Jika Anda yang membaca tulisan ini adalah orang yang menentang dengan yang namanya mencontek mungkin Anda tidak satu pemikiran dengan saya saat ini.
Saat ini saya sangat memaklumi kenapa para peserta UN sangat berusaha untuk mendapatkan bocoran walaupun mereka telah belajar, mereka hanya remaja labil yang takut kalau NILAI mereka jelek dan tidak lulus. Sebagian dari mereka harus mendapatkan SMA Negri. Jika NILAI mereka jelek mereka tidak akan diterima. Jika mereka tidak lulus mereka harus mengulang kembali dan mempermalukan sekolah dan pastinya orangtua dan keluarga. Bahkan saya yakin saat ini ada sekolah yang memberikan kunci jawaban agar NILAI anak didik mereka fantastis dan sekolah mereka mendapat predikat sekolah bagus.
Masuk ke SMA di otak saya sekolah saat ini bukanlah wadah untuk menuntut ilmu, namun untuk mendapat nilai raport dan ijazah.
Saya mempelajari sesuatu untuk ulangan—saya menjalani ulangan—saya mendapat NILAI—saya lupa apa yang saya pelajari. Itu adalah siklus belajar saya saat ini (Saya masih SMA). Jika ada pr saya mengerjakan pr tersebut tanpa tahu apa yang saya tulis dan untuk apa materi yang saya tulis tersebut. Banyaknya tagihan dan tugas untuk mengisi NILAI raport saya membuat saya stress. Saya pernah membuat tugas biologi sepanjang 2 kertas folio tanpa tahu apa gunanya saya mempelajari hal tersebut.
Dan sebaliknya jika mengerjakan latihan di LKS (Lembar Kerja Siswa) semua soal jawaban pertanyaan di dalam buku tersebut ada di samping halaman pertanyaan. Hal itu membuat saya dan teman-teman hanya menyalin jawaban tanpa tahu 'isi' dari pelajaran tersebut.
Di akhir semester saya kelas 1 saya dan teman-teman dipusingkan dengan jurusan apa yang kita pilih, ada IPA dan IPS. 
Telah menjadi stereotipe masyarakat bahwa anak-anak IPA adalah anak-anak cerdas, dan anak-anak IPS adalah anak-anak buangan yang tidak diterima di IPA.
Saya seorang anak IPS, saya tidak mau masuk IPA karena saya tidak suka dengan 'keribetan', 'stuck dengan rumus', dan pastinya 'hitung-hitungan'.
Jika di IPA pemikiran saya tidak sampai dengan nalar anak IPA, menurut saya kenapa kita harus mengukur kecepan suatu mobil (fisika), kan bisa saja jalannya macet atau terlalu licin? #OOT
Menurut pemikiran saya yang gak mau mikir ribet saya lebih suka yang menurut saya real dengan hidup (pasti anak IPS sejati mengerti).
Saya mengakui bahwa anak IPA itu anak yang cerdas-cerdas, mungkin jika dibandingkan dengan anak IPA saya bukanlah apa-apanya.
Di SMA saya sudah tidak memikirkan apa yang saya pelajari lagi. 'Sekolah itu tempat nyari nilai' itulah moto saya ketika bersekolah sekarang.
Yang saya nantikan saat ini adalah ijazah saya, bukan ilmu yang saya nantikan. Saya tidak.mau munafik untuk hal ini.
Bahkan seorang teman saya yang anti mencontek dan dengan moto hidup 'sekolah untuk belajar dan mencari ilmu saja' terpaksa mencontek ketika ia tak tau lagi harus bagaimana untuk menjawab ulangan. Ulangan untuk mendapatkan NILAI bukan?

Di antara para pembaca pasti pernah bertanya, kenapa sih harus belajar aljabar, trigonometri, pangkat akar, dll dalam matematika padahal yang kita perlukan di kehidupan nyata adalah materi dasar SD yaitu kali-bagi-tambah-kurang. Untuk apa kita mencari nilai x yang tak ada habis-habisnya itu?
Saya tahu jawabannya. Simpel. Hanya untuk mendapatkan NILAI raport di subjek Matematika.

Jadi kesimpulan saya, saat ini tujuan sekolah sudah sangat amat berubah, bukan untuk mencari ILMU tapi untuk mencari NILAI.

Jadi saya pikir kurikulum Indonesia harus diubah menjadi lebih baik. Supaya tidak ada lagi yang berpikiran seperti saya.

Jika para pembaca tidak setuju dengan post saya kali ini itu adalah hak Anda, saya hanya mengeluarkan unek-unek saya. 

Terimakasih telah membaca :)

Indriyani Faisal
Ciledug,Tangerang Rabu, 29 Mei 2013

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS