A NARUTO FANFICTION BY INFARAMONA
Yellow and Pink chapter 2: Sakura Galau?
Aa ibitsu na MERODII de dekita
Aisareru beki ikimono da
Seika wa agerarenakute mo
Kokoro ga utatte iru kara
— Ah, dibuat dari simpangan melodi,
— Kita makhluk yang patut mencintai.
— Jika kita pun tak bisa memberikan sedikit hasil,
— Hati kita akan bernyanyi.
(Naruto Shippuden Opening 10: Newsong by Tacica)
Malam
telah berjalan amat panjang hari ini. Jarum pendek sebuah jam yang
menggantung manis di sebuah ruangan wanita cantik berambut permen manis
telah menunjukkan arah jam 2 malam.
Hanya kesunyian yang
membelenggu ruangan tempat si jam menggantung. Sang pemilik kamar tak
terbuai alam mimpi seperti kebanyakan orang di desa saat ini. Tangan
lentiknya mengenggam sebuah pigura kecil yang berlukiskan sebuah foto
sang gadis dan tim-nya. Sebuah foto lama yang telah menghiasi kamarnya
selama bertahun-tahun.
Pikiran sang gadis melalang buana, memikirkan ucapan sang sahabat dan rival sejatinya yang diucapkannya tadi sore.
"Apakah kau menyukai Naruto, hah?"
"Kalau
begitu, pernahkah aku bercerita mengenai Shikamaru ataupun Chouji
sedetil kau bercerita mengenai Naruto? Bahkan kau tak pernah berbicara
mengenai Sasuke-kun lagi."
"—Dan... pikirkan mengenai perasaanmu yang sebenarnya kepada pemuda berisik itu, Forehead."
Sang
gadis bermata emerald itu bingung, sangat bingung. Ia tak tahu
bagaimana ia harus menanggapi omongan Ino tadi. Sakura kini mengalami
hal yang juga di rasakan oleh jutaan gadis lainnya di muka bumu, ia
galau.
Yang ia yakini ia masih mencintai Sasuke. Bahkan ia masih
menganggap Ino sebagai rivalnya walaupun Ino kini telah mendeklarasikan
hubungannya dengan Sai.
Apakah Sakura menyukai Naruto? Tentu iya,
Sakura tak akan munafik dengan hal yang satu ini. Tapi ia bingung, rasa
suka ini rasa suka sebagai seorang sahabat atau mungkin lebih?
Dan
jika kau menanyakan apakah Sakura menyayangi Naruto? Sakura pasti akan
menjawab 'iya' kembali karena hal itu tak akan bisa ditampiknya.
Ia
tak suka jika Naruto sedang dalam bahaya. Ia akan panik dan kehilangan
pikiran logisnya jika melihat Naruto terluka. Ia sangat menyukai
bagaimana Naruto nyengir padanya walaupun Sakura telah mengahajar pemuda
kuning itu habis-habisan.
Dan bagaimana dengan Sasuke? Sakura
mengakui bahwa ia menyayangi Sasuke, tapi bukan sebagai orang
terkasih—walaupun Sakura enggan mengakuinya— yang dia rasakan saat ini
kepada sang Uchiha terakhir itu hanya sebagai rasa sayang kepada
teman—atau bahkan ikatan seorang saudara—.
Ia bahkan tak tergila-gila
dengan Sasuke seperti saat dulu lagi. Jantungnya bahkan tak memainkan
konser akbar lagi ketika ia sedang berada dalam jarak dekat dengan si
pemuda raven. Tak ada pipi merah merona malu-malu lagi. Bahkan ia merasa
biasa saja ketika orang yang mendapat panggilan 'Teme' dari Naruto itu
tersenyum kepadanya.
Sakura benar-benar galau saat ini.
Yellow and Pink
A NaruSaku Fanfiction
Naruto belong to Kishimoto Sensei
Yellow and Pink belong to Infaramona
Rated: T
Naruto/Sakura
Romance/Family/Friendhip
Warning: OOC, typo(s), gaje, ngantukin dll
"Hmm... Sakura-chan... hmm Sakura-chan..."
Suara erangan yang agak sedikit menjijikan terdengar dari sebuah apartemen yang berada di desa Konoha.
Butiran
embun pagi yang berada di jendela sang pemilik apartemen perlahan-lahan
menguap dikarenakan cahaya hangat dari sang mentari pagi.
Cahaya
pagi yang menyusup lewat melalui jendela kamar sang pirang akhirnya
menganggu tidur si pirang yang kini sedang mencium bantalnya sendiri,
entah apa yang dimimpikannya. Mungkin para readers bisa menebaknya
sendiri. Atau tak usah dipikirkan sama sekali.
"Mmnggh..." desahan
pelan menyertai kelopak pria berkulit tan itu terbuka. Menampakkan mata
secerah biru samudra yang mungkin bisa membuat banyak wanita meleleh
seketika.
Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Mencoba mengumpulkan
semua nyawanya yang ngocar-ngacir entah kemana. Dia meregangkan
tangannya, dan kemudian beranjak dari sang kasur tercinta untuk menuju
kamar mandi.
Namun tiba-tiba...
BRUUUAKKK
"It-ittai..." jerit sang pemuda yang bernama Naruto itu sambil mengelus pantatnya yang kini kesakitan.
Apakah ada yang tahu kenapa Naruto bisa terjatuh dilangkah pertamanya hari ini? Jangan ada yang berpikiran Rated-M dulu ya.
Sang
Uzumaki terjatuh di langkah pertamanya hari ini dikarenakan ia
menginjak cup ramen instannya tadi malam. Ia belum sempat —atau mungkin
malas lebih tepatnya— untuk merapikan 'sedikit' barang-barangnya yang
berserakan.
Sedikit berserakan dalam pandangan Naruto tak sama dengan pandangan orang lain, mari kita cek kamar Naruto saat ini.
Puluhan
cup ramen bertebaran abstrak, potongan-potongan mi yang sudah berbentuk
tak jelas membingkai indah dengan semut-semut kelaparan yang
mengelilinginya, celana dan baju kotor menjijikan, kertas-kertas tak
jelas dan bahkan kecoa mati mewarnai apartemen Naruto pagi ini. Indah
bukan? Untung Sakura tidak disini, kalau ia disini bisa tamat riwayat
hidup kau Naruto.
Huuh, dasar laki-laki jorok.
Setelah
menyelesaikan ritual paginya, Naruto segera berpakaian. Ia tak
mengenakan pakaian ninja-nya kali ini. Ia mengenakan kaus putih
berlambang Uzumaki dan celana pendek biru. Setelah berpakaian, Naruto
menuju ke balkon rumahnya dan memulai salah satu hobinya, yaitu menyiram
tanaman.
"Tumbuhlah dengan subur... mekarlah dengan bunga yang
cantik... agar nanti aku bisa memetikmu dan memberikannya pada
Sakura-chaan~~" Dengan nyanyian nada abstrak a la ajaran sang
Tako-sensei Killer Bee, Naruto tersenyum mekar ketika melihat para
tanamannya yang tumbuh subur dan cantik.
"Sepertinya kita tak
dapat masuk akademi tahun ini..." Naruto mendengar suara orang berbicara
dan langsung mengalihkan pandangannya ke bawah balkon apartemennya dan
melihat beberapa anak-anak yang sedang bermain.
"Kenapa?" Tanya seorang anak berambut coklat.
"Kan
kau tahu, Sasuna. Akademi Ninja kan masih rusak parah, jadinya kita tak
mungkin masuk tahun ini." tukas anak berambut hitam.
Naruto mematikan keran airnya dan mulai tertarik dengan obrolan 'Raja' Konoha tersebut.
"Tapi
kan ada Hokage-sama dan Yamato-taicho! Mereka pasti bisa membangun dan
memperbaiki desa kita!" tukas anak berambut coklat yang bernama Sasuna
tersebut. "Dan juga ada Naruto-sama! Dia kan Shinobi terkuat di dunia!"
Naruto seketika terkejut dan wajahnya memerah ketika tiba-tiba namanya disebut di obrolan kecil mereka.
"Aaaa aku cinta Naruto-sama!" Ucap seorang gadis berkuncir yang tiba-tiba ikutan.
"Aku juga! Aku kalau besar ingin menjadi seperti Naruto-Sama!" Ucap Sasuna. "Dia keren sekali!"
"Kau
tak mungkin bisa seperti Naruto-sama, Sasuna. Dia keren, kuat, dan
baik! Tidak seperti kau!" Ujar seorang anak yang dari tadi diam saja.
"Ayahku juga berkata, bahwa Naruto-sama itu lebih kuat dari para Hokage
dan kage-kage lainnya. Padahal dia masih Genin!"
Naruto tersenyum
atau lebih tepatnya nyengir girang mendengar percakapan mereka. Dia lalu
melompat dari balkon apartemennya dan menuju para anak-anak tersebut.
"Ohayou Gozaimasu!"
Hening seketika. Anak-anak tersebut mendongak melihat siapa yang menyapa mereka dan seketika itu juga mereka teriak tak karuan.
"Naruto-samaa!"
Naruto langsung diserbu dan dipeluk bersamaan oleh para anak-anak tersebut.
Masih tersenyum, Naruto mengusap rambut mereka dan mulai bergabung ngobrol dan bermain dengan mereka.
Ia
berpikir setidaknya lebih menyenangkan dengan para 'Raja' Konoha
dibandingakan oleh para penggemar gilanya yang 'buas' tersebut.
#
"Aku
lapaarrr!" ucap Naruto lebih tepatnya kepada dirinya sendiri dan segera
menuju ke dapur kecilnya setelah puas bermain dengan para anak-anak.
"Hmmm..." gumaman tak jelas kembali terdengar dari bibir Naruto ketika ia melihat ramen-ramen beraneka rasa miliknya.
"Ramen yang mana ya hari ini? Hmm yang ini saja!"
Dan akhirnya ramen rasa kaldu dan sekotak jus jeruk yang menemani pagi Naruto kali ini.
Berniat hanya satu cup ramen namun akhirnya pagi ini Naruto berhasil menghabiskan 7 cup ramen berbagai rasa dengan sendirinya.
"Hahh, aku kenyang 'ttebayyo!" ucap Naruto sambil mengelus perutnya.
"Yossh! Saatnya berlatih!"
#
"Sakura-chan!"
Sakura langsung membalikkan diri ketika ia mendengar suara yang sudah tak asing lagi memanggil dirinya.
"Naruto..."
Melihat
Naruto nyengir kepadanya entah kenapa jantungnya berdetak tak karuan
saat itu juga. Perkataan Ino kembali terngiang di kepalanya.
Aduh ada Naruto, apa yang harus Sakura lakukan.
'Bertindak seperti biasa saja Sakura! Biasa! Biasa!' ucap Inner Sakura
"Sakura-chan...
Ano Sakura-chan..." ucap Naruto bingung melihat Sakura tiba-tiba tak
bergeming. Naruto melambaikan tangannya di depan wajah Sakura.
"Sakura-chan kau kenapa, ttebayyo?"
Melihat Naruto yang mulai memasang wajah panik akhirnya Sakura berhasil kembali ke raga-nya kembali.
"A-aku baik-baik saja Naruto," gumam Sakura cepat. "Sungguh." lanjut Sakura ketika wajah panik Naruto belum juga memudar.
"Benarkah?" Sakura mengangguk.
"Erm... kau mau kemana Naruto?" tanya Sakura dengan maksud mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja mau berlatih dattebayo, aku kan akan menjadi Hokage!"
"Kau sudah sarapan?"
"Pastinya!"
"Dengan apa? Ramen lagi?"
"Hehe, kau seperti tak kenal aku saja, Sakura-chan."
"Kau selalu saja makan ramen Naruto, aku tak akan kaget jika nanti kau mati dikarenakan ramen!"
"Sakura-chan jahaatt!" Ucap Naruto merajuk.
Sakura
tertawa melihat ekspresi merajuk sang pemuda bersurai kuning tersebut.
Dan ada rasa senang tersembunyi dihatinya melihat Naruto seperti itu.
"Yasudah, aku mau ke tempat Shisou dulu."
"Yah Sakura-chan jangan pergi dulu! Ayo kita makan di Icharaku berdua!"
"Ber-berdua?"
tanpa persetujuan otaknya, kini darah di seluruh tubuhnya tiba-tiba
terasa mendidih dan naik ke permukaan. Ucapan Ino kembali terngiang di
kepalanua. Kenapa ini? Sakura kini benar-benar tidak mengerti. Ini semua
salah Ino yang seenak jidat menyimpulkan hal itu dan membuat Sakura
terus menerus kepikiran.
"Bu-bukannya kau mau latihan?"
"Latihan pun akan aku batalkan jika bisa kencan berdua dengan Sakura-chan."
BLUSH
Darah Sakura benar-benar naik ke wajah sekarang.
"Maaf Naruto, aku tak bisa." Ucap Sakura buru-buru dan segera berbalik. "Jaa"
Setelah melihat Sakura yang telah jauh, Naruto mengerinyit dan menggaruk kepalanya bingung.
"Sakura-chan kenapa yaa? Dia aneh. Bukannya meminta sih, tapi biasanya ia akan memukulku jika aku mengajaknya kencan,"
Walau masih bingung Naruto kembali melanjutkan perjalanannya.
#
-Di Rumah Sakit Konoha-
"Bagaimana Jidat, kau telah menyatakan perasaanmu pada Naruto?" tanya Ino pada Sakura pada saat jam istirahat mereka.
"Maksudmu apa Pig?" jawab Sakura dengan pertanyaan lagi.
"Maksudku
kapan kau mau menyusul aku dan Sai dengan Naruto, Forehead." ucap Ino
dengan kesabaran layaknya mengajari anak balita satu tambah satu.
"A-aku juga masih bingung, Ino." jawab Sakura dengan menghela napas.
"Kenapa?"
"Kau tau lah, Sasuke."
Ino
manggut-manggut pertanda ia mengerti dengan kegalauan Sakura."Kau harus
bisa memilih, Forehead. Siapa yang paling kau sayangi, Naruto atau
Sasuke?"
"Aku..."
Beberapa detik keheningan dikaranekan Sakura masih memikirkan apa yang harus dia ucapkan.
"Yaampun Sakura! Lihat Naruto, lihat bagaimana ia mencintaimu! Semua orang tahu itu?" gumam Ino a la Dokter Cinta.
"Aku tahu itu Ino! Aku tahu! Kau tak usah capek-capek memberitahu aku. Aku masih bingung. Itu saja."
"Oke-oke
baiklah. Aku akan coba mengerti," Ujar Ino. "Tapi bayangkan Sakura! Kau
disukai oleh Hero dunia! Bayangkan berapa juta orang yang berharap di
posisimu sekarang!"
Sakura meringis mendengar ucapan Ino tersebut,
entah bagaimana membayangkan Naruto suka dengan gadis lain selain
dirinya membuat Sakura agak kesal.
"Sekarang kau tinggal ikuti
hatimu Sakura..." ucap Ino dengan nada kebanggaannya. "Jika kau
mengikuti nasehat Sang Ratu Mulia Cantik Ino-sama ini kau pasti akan
bahagia."
Dan Ino tertawa lepas melihat kerutan di wajah Sakura semakin banyak.
#
"Baaa-chaann
tegaaaaaa!" Kantor Hokage yang sejak tadi pagi adem-ayem-tentram-damai
kini menjadi berisik akibat kedatangan sang Namikaze Naruto yang kini
sedang mencak-mencak kepada Sang Godaime Hokage.
"Tega bagaimana?
Itu memang kewajibanmu Naruto!" Elak Tsunade. " Jika kau memang
benar-benar ingin menjadi Hokage kau harus mempelajari itu semua!"
"Tapi Baa-chaaann!" Ujar Naruto geram sambil menarik rambutnya frustrasi.
Oke. Mari kita lihat apa yang membuat Naruto mencak-mencak saat ini.
Sang
tersangka—atau barang yang ditugaskan Hokage kelima untuk dipelajari
oleh Naruto—yang kini sedang berada di pojokan ruangan dengan rasa tak
berdosa sedikitpun.
Barang tersebut adalah berkardus-kardus
buku-buku dan berbagai gulungan tebal mengenai berbagai macam hal
mengenai Dunia Shinobi yang wajib di pelajari oleh satu-satunya kandidat
Hokage berambut kuning tersebut.
"Jangan merajuk seperti bocah, Naruto!" hardik sang Hokage berdada besar. "Kau harus mempelajari ini semua dalam satu minggu!"
"SATU
MINGGU? ITU KEJAM DATTEBAYO!" teriak Naruto yang cetar membahana badai
yang menggetarkan semua pelosok Konoha no Sato. Oke Hiperbolis.
"Jangan
mengelak, ini perintah para petinggi Negara Hi. Minggu depan kau akan
di tes, jika kau gagal maka kau tak dapat menjadi Hokage!"
"APAAA! ITU TAK MUNGKIN!" Teriak Naruto benar-benar frustasi saat ini. Frustasi akut pangkat tiga yang di kuadratkan.
"Jangan
berteriak di kantorku, dasar bodoh!" ujar Tsunade dengan menjitak
kepala Naruto yang membuat sang pemuda bersurai kuning meringis. "Hokage
tidak hanya butuh otot, Naruto, namun juga otak dan kedisiplinan
tinggi."
"Tapi Baa-chaaannn... kau kan tahu ini bukan keahlianku." kata Naruto benar-benar ingin menangis saat ini.
"Aku
tak peduli Naruto, kau harus mempelajarinya. Aku sudah menyuruh
seseorang untuk mengawasimu. Dia sudah di depan pintu. Masuklah!"
Pintu ruang Hokage terbuka dan menampilakan gadis cantik bersurai merah muda yang mengenakan pakaian merahnya yang biasa.
"Permisi Hokage-sama, apa kau memanggilku?"
"Iya Sakura, masuklah. Aku ada misi untukmu."
"Sakura-chan"
Naruto menelan ludahnya sambil berkata dengan sebutir keringat besar
menggantung di kepalanya. Jika benar Sakura yang mengawasinya
mempelajari berbagai buku dan gulungan terkutuk itu, maka tamatlah
riwayat Uzumaki Naruto.
"Naruto, jadi yang teriak tadi itu kau, hah?"
Naruto benar-benar frustasi saat ini.
TBC