"Umm.. baiklah Mrs. Granger, aku akan melakukan semua yang kau
katakan tadi," hening sejenak sementara pemuda berambut pirang platinum
tersebut mengangguk pelan kemudian mengganti posisi telepon genggamnya.
"Sudah, aku sudah mencatatnya," kata pemuda berambut pirang itu lagi. "Apa kau yakin tentang ini Mrs. Granger?"
Hening
kembali. Namun dari raut wajah si pemuda pirang yang agak mengerut dan
bertampang agak horror, sepertinya ia sedang dimarahi oleh orang yang
sedang ditelponnya.
"Terimakasih Mrs. Granger. Aku akan melakukan semuanya. Doakan berhasil ya."
Dengan
senyum terukir di wajah mulusnya, sang pemuda berambut pirang platinum
tersebut memencet tombol berwarna merah di telepon genggamnya tersebut
untuk memutuskan sambungan teleponnya.
Hanya Sebuah Rencana by © Infaramona
Harry Potter copyrights by © Joanne Kathleen Rowling
Draco Malfoy/Hermione Granger
Romance/Friendship
Rated: T
Birthdayfic to DraconisFlame72
Dear Draco,
Baiklah, kebetulan aku sedang lbur. Kutunggu kau ya.
-Hermione
PS: Kenapa tidak menelpon saja?
Draco
Malfoy menarik napasnya pelan-pelan. Ia merasa senang sekali plus gugup
karena ia akan menjalankan misinya hari ini. Tapi, disela rasa
senangnya muncul rasa jengkel karena Hermione kembali menyebut-nyebut
tentang handphone, atau telepon, atau apalah namanya.
Darco
melirik handphone pemberian Hermione yang sedang terletak dingin tak
tersentuh di meja kamarnya. telepon genggam tersebut adalah hadiah ulang
tahun dari Hermione di hari jadinya tahun lalu. Hermione bersikukuh
untuk menyuruhnya memiliki telepon genggam karena ia merasa pos burung
hantu sudah kuno dan lama. Ia tak suka hal-hal yang membuatnya menunggu,
apalagi saat ada hal yang penting. Awalnya Draco menolak, ia masih
merasa anti-Muggle saat ini. Walaupun ia sudah tak mengatai atau
merendahkan Muggle lagi tetap saja ia masih tak ingin bergaul dengan
Muggle.
Tapi, karena pandangan menyeramkan dari Hermione, Draco akhirnya menerima telepon itu dengan setengah hati.
Terakhir
kalinya ia menggunakan telepon tersebut adalah ketika ia menghubungi
Mrs. Granger minggu lalu, awalnya ia merasa enggan untuk menggunakan
handphone tersebut, tapi karena sang ibu dari Hermione tersebut tak
mengerti atau tak terbiasa dengan pos burung hantu, maka dengan berat
hati, Draco akhirnya meruntuhkan tembok antara dirinya dengan handphone
layar sentuh tersebut.
Draco menarik napas pelan kembali sembari
mengecek buku catatannya yang berada di atas meja. Buku catatan tersebut
berisi segala hal yang diucapkan oleh ibunda Hermione tersayang
kepadanya minggu lalu. Walaupun sudah hafal isinya, Draco masih melirik
catatan tersebut sekali-kali untuk memastikan ia tak melewatkan satu hal
pun.
Draco melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya tersebut. Satu jam lagi pikirnya.
Ia
memandang pantulan dirinya di cermin dan berkata 'sempurna' di dalam
hati. Ia saat ini telah merelakan segala tetek-bengek tentang hal
ke-Malfoyish nya. Coba bayangkan, dimana lagi kau bisa menemukan seorang
keturunan Malfoy menggunakan pakaian Muggle.
Draco saat ini
memakai kemeja bergaris halus berwarna biru dan celana jeans panjang. Ia
menghela napas, masih belum mempercayai apa yang dikenakannya saat ini.
Sang
pemuda berambut platinum itu mengacak rambutnya sedikit, karena
Hermione―dan semua wanita yang pernah ditemuinya kecuali
ibunya―mengatakan ia tampak semakin tampan jika rambutnya agak
berantakan sedikit.
Mengecek semua bawaannya dan sudah yakin
semuanya terbawa, Draco memantapkan dirinya dan lalu menuju motor
barunya yang baru ia beli minggu lalu setelah menelpon Mrs Granger.
#
Hermione
Granger saat ini sedang mengalami hal yang wajar bagi seorang gadis
berusia 22 tahun. Ia telah mengeluarkan semua pakaiannya di dalam lemari
dan kemudian mencocokkannya. Memang aneh sekali melihat seorang lulusan
terbaik Hogwarts melakukan hal tersebut, tapi segala hal yang didasari
oleh cinta dapat dimaklumi kan?
Setelah hampir setengah jam
berkutat dengan bajunya, ia akhirnya memilih dres tanpa lengan selutut
berwarna putih dengan berlukiskan garis-garis rumit berwarna coklat. Ia
juga memakai tas tangan sederhana berwarna hitam. Ia tahu, bahwa Draco
sangat tak suka dengan dandanan a la Muggle-nya ini, tapi membuat Draco
kesal adalah salah satu hal wajib di kamus Hermione.
#
Hermione
sedang duduk di sofa di depan perapiannya, menunggu kedatangan Draco
yang biasanya datang dengan Bubuk Floo. Ia baru ingin memulai ritual
membaca bacaan 'ringan'nya ketika ia tersentak kaget mendengar derit
motor di depan rumahnya. Hermione kembali meletakkan bukunya di rak dan
mencoba mencari tahu siapa yang datang menemuinya dengan mengendarai
motor.
Setelah membuka pintu masuk flatnya, Hermione hanya bisa
tercengang melihat siapa yang barusan datang ke rumahnya dengan menaiki
motor, yaitu Draco Malfoy, namun bukan Draco yang biasa Hermione
kenali―Draco yang ini memakai pakaian Muggle dan membawa motor! Demi
Celana Merlin!. Hermione dengan secepat kilta meraih tongkat sihirnya
dan mengacungkannya ke pria yang 'berwajah' seperti Draco Malfoy
tersebut.
"Siapa kau? Kenapa kau menggunakan wajah Draco Malfoy?"
ucap Hermione lantang ke depan pria berambut pirang tersebut. Sang pria
hanya bisa meneguk ludah saat tiba-tiba diserang dan merasa aura
menyeramkan milik salah satu pahlawan Hogwarts tersebut.
Walaupun masih merasa ngeri, Draco masih tetap memasang topeng Malfoy terbaiknya dan berkata, "Ini aku Granger, Draco Malfoy."
Masih belum melonggarkan acungan tongkat sihirnya tersebut, Hermione kembali bertanya, "Buktikan! Aku masih belum percaya."
Draco meneguk ludah lagi, namun seringai kecil terpampang di wajahnya.
"Kau
tak percaya dengan penampilanku hari ini, heh, Hermione?" pemuda
berambut pirang platinum tersebut tertawa kencang sekali melihat wajah
Hermione seperti itu hanya karena penampilannya.
Melihat pria di
depannya itu tertawa terbahak-bahak―sungguh bukan Malfoy-ish sekalii―,
Hermione semakin tak percaya bahwa orang yang berada di depannya ini
adalah Draco Malfoy. Masih dengan acungan menyeramkan dari tongkat
sihirnya, Hermione kembali berkata dengan hampir menggeram,"Kutanya
siapa kau? Atau kukutuk kau menjadi hewan tak bertulang belakang!"
Mungkin
jika orang awam akan lari terbirit-birit jika Hermione mengacungkan
tongkatnya dengan aura menyeramkan seperti ini, tapi karena Draco sudah
terbiasa dengan tatapan menyeramkan dari Hermione saat di Hogwarts dulu,
ia masih kuat menghadapinya.
"Tenang Hermione, ini aku, Draco."
"Buktikan!"
"Baiklah…"
Draco menghela napas pelan. "Kau pernah menamparku ketika kita di tahun
ketiga, kau bersama Harry dan Ron pernah menyelamatkanku dari api
Crabbe waktu perang besar, kau pernah mengunciku dengan mantra aneh saat
di ruang Ketua Murid saat aku menyembunyikan essay mu. Masih kurang?"
Hermione
terdiam dan menurunkan tongkatnya pelan. Bukti ketiga dari Draco tadi
adalah bukti yang paling kuat. Hanya dia dan Draco yang mengetahui bukti
ketiga tersebut.
"Sudah percaya?"
Ngomong-ngomong soal
percaya, siapa juga perempuan waras yang percaya jika retina mereka
menangkap bayangan seorang Draco Malfoy mengenakan setelan Muggle dengan
mengendarai motor dan rambut berantakan! Demi celana basket gombrong
kepunyaan Merlin! Tak akan ada yang percaya!
"Kau cantik sekali
hari ini, Hermione" Draco berkata untuk memutus keheningan yang melanda
karena mungkin Hermione masih tak percaya.
Hermione masih diam dat bergeming.
"Ohh… sudahlah Hermione. Memangnya kenapa kalau aku berpakaian seperti ini sekali-kali? Boleh kan?"
Diam sejenak dan terdengar helaan napas pelan Hermione.
"Te-tentu
saja. Tapi rasanya aneh, seperti bukan dirimu saja Draco," entah
kenapa, setelah mengucapkan kata tersebut Hermione menjadi lebih percaya
kepada Draco.
Hermione kembali memandang Draco, ia tak menyadari
bahwa Draco bisa setampan ini. Ia tadi tak menyadarinya karena masih
dalam amarah. Tapi sekarang, ia kembali menatap kagum penampilan Draco
saat ini. Penampilan Draco saat ini bisa membuat para wanita akan
meleleh dalam sekejap mata.
"Kenapa nona? Terpesona oleh ketampananku?" ujar Draco sedikit dengan nada jahil di suaranya.
"Tentu
saja tidak! Dasar kepedean!" Hermione berteriak agak tidak normal dan
mukanya langsung berubah menjadi sewarna dengan rambut keluarga Weasley.
"Kenapa kau pakai motor?"
"Ingin hal yang baru saja,"
"Oh..."
Canggung-pun
menguasai mereka berdua, apalagi Draco yang terus saja memegangi
kantung celananya seperti berusaha agar sesuatu dalam kantungnya
tersebut tak jatuh dan aman-aman saja.
"Baiklah nona, kau sudah siap?"
Hermione
mengangguk pelan dan menerima helm yang diulurkan oleh Draco. Walau
merasa jengkel karena tatanan rambutnya akan rusak lagi, tapi lebih baik
memilih aman kan, batin Hermione.
"Benarkah kau bisa mengendarai motor Draco? Aku tak ingin mati muda." ucap Hermione pelan.
Tanpa
menghiraukan ucapan Hermione, Draco melajukan motornya dengan kecepatan
tinggi dan dengan reflek membuat Hermione berteriak dan memukul
bahunya.
#
Draco Malfoy memarkirkan motor putihnya di sebuah
basemant parkiran di sebuah Mall elit di jantung kota London.
Melepaskan helm-nya dengan pelan dan mengibas-ngibaskan rambutnya dan
hal ini sukses membuat hati Hermione menjadi semakin meleleh melihat
penampilannya.
"Mau apa kita kesini, Draco?" tanya Hermione pelan karena daftar hal aneh yang memenuhi pikirannya hari ini bertambah lagi.
"Kan
sudah kubilang. Jalan-jalan," Hermione kembali mengerutkan keningnya
mendengar jawaban ini, ia kembali mengisi daftar kelakuan aneh Draco
hari ini.
Daftar kelakuan Draco hari ini adalah:
1. Dia tak
menyisir rambutnya yang paling ia sayangi itu. Biasanya Draco selalu
menyisir dan merawat rambutnya tersebut seperti merawat hartanya yang
paling berharga dan tiada taranya.
2. Draco mengenakan pakaian
Muggle; Hal ini adalah hal aneh nomor dua karena biasanya Draco tak akan
tahan lama dengan segala tetek-bengek yang berhubungan dengan Muggle.
3.
Draco mengendarai motor; ini adalah hal yang paling-paling bukan
Malfoy-ish. Sejak kapan Draco bisa dan mau mengendarai motor? Ini adalah
tanda tanya besar yang belum bisa dipecahkan oleh gadis sepintar
Hermione.
4. Draco jalan-jalan di pusat perbelanjaan Muggle;
mungkin hal ini bisa membuat Paman Lucius dan Bibi Narcissa pingsan
saking shock-nya dengan kelakuan putra tunggal kebanggaan mereka.
Cukup,
mungkin itu saja hal yang ter-aneh yang dilakukan oleh Draco Malfoy
hari ini, mungkin hal berikutnya akan akan menyusul beberapa saat lagi.
"Ayo Hermione," ajak Draco dan langsung menggenggam erat tangan Hermione dan seketika itu juga muka Hermione bersemu merah.
#
Draco
melirik jam tangan mewahnya lagi dan melihat jarum pendek tersebut
berada di tengah-tengah angka dua belas dan angka satu yang
mengingatkannya akan catatan yang diberikan oleh Mrs Granger, bahwa jam
segini adalah jam makan siang.
Setelah melirik jam mewahnya, Draco
kini melirik Hermione yang mukanya masih bersemu merah. Entah kenapa
Draco sangat menikmatinya. Ia juga sangat senang sekali melihat ekspresi
keterkejutan Hermione hari ini. Rencananya berjalan dengan sangat
sukses.
Hermione tampak amat sangat cantik di mata Draco kali ini.
Dengan dress sederhananya. Memang dalam hari-hari biasa Draco selalu
jengkel jika melihat Hermione berpenampilan seperti itu, tapi di dalam
hatinya ia sangat-sangat menyukainya, hanya saja otak Malfoy selalu
mempengaruhinya.
"Ayo naik, Draco," ajak Hermione kepada Draco
untuk menaiki tangga hitam yang berjalan sendiri. Draco mengerinyitkan
keningnya, ia tak menyangka Muggle mempunyai sihir yang seperti ini,
benar kata Blaise dulu, bahwa jangan pernah meremehkan Muggle.
"Ayo naik Draco, mereka tak akan mengutukmu," perintah Hermione pelan.
Draco
masih mengerinyit pelan dan menutup mata ketika ia menapaki tangga
hitam yang berjalan sendiri tersebut, ketika ia menapakkan kakinya, ia
hampir saja terjatuh karena kakinya tak terima jika tiba-tiba tempat
menapaknya berjalan sendiri.
"Hati-hati Draco…"
Ini adalah
salah satu hal yang paling dibenci Draco kalau di dunia Muggle. Ia tak
mengenal apapun yang berada di gedung besar yang penuh pertokoan ini.
Salah satu hal lagi mengapa ia tak suka di tempat seperti ini adalah
karena tak ada satu orangpun yang hormat kepadanya. Yang ada hanyalah
serombongan gadis yang terkikik dan menunjuk-nunjuk antusias kepadanya.
Rasanya saat itu juga Draco ingin sekali mengutuk para gadis tak tahu
diri tersebut menjadi kecoa sehingga ia bisa menginjak mereka, namun
kerena di sebelahnya saat ini ada Hermione Granger, ia segera
mengurungkan niat-nya tersebut.
Tak mau mati konyol di tempat
berbau Muggle ini, Draco segera memasang topeng angkuhnya ketika
berhadapan dengan mesin-mesin aneh seperti elevator, eskalator, mesin
kasir, tempat minuman ringan, sampai toiletnya.
#
Draco dan
Hermione kin sedang berada di sebuah toko pakaian yang sedang ramai
pengunjung karena adanya diskon besar-besaran. Draco terus
mengerinyitkan dahinya dan memasang tampang mual karena melihat ulah
para Muggle yang berada di toko ini dan ia berharap agar ia bisa cepat
enyah dari tempat Muggle ini.
"Hermione, kau ingin makan siang?" Draco berkata karena tiba-tiba teringat susunan acaranya.
"Nanti
dulu Draco, aku sudah makan siang di rumah tadi. Jika kau ingin makan
siang, makanlah sendiri, nanti aku menyusul," Hermione berkata masih
sambil memilih-milih baju di salah satu toko pakaian. Ternyata, seorang
Hermione Granger tetap saja menjadi wanita normal ketika melihat diskon
ataupun jejeran baju-baju unik nan 'lucu' yang biasanya terjejer di
etalase toko baju.
"Tidak usah, Hermione…" Makan sendiri? Batin
Draco agak jengkel. Menurutnya apa tujuan Draco mau ketempat Muggle
seperti ini kalau tidak mau berdua dengannya? Untuk apa juga seorang
Draco Malfoy pergi ke sebuah Mall hanya untuk makan sendirian. Tidak
akan pernah. Thank you very much.
Setelah hampir setengah jam yang
aneh karena Hermione tiba-tiba menjadi gila belanja, akhirnya Hermione
mengakhiri ritual para kaum hawa tersebut dengan menenteng beberapa
kantong belanjaan sambil tersenyum puas.
"Disana ada toko Burger,
ayo kita makan disana Draco…" ajak Hermione dengan riang sambil menyeret
Draco ke kios Burger yang berjarak kira-kira dua puluh meter dari
mereka.
"Burger? Apa itu Hermione?" tanya Draco dengan nada
frustasi sekaligus jengkel. Kan dia yang mengajak Hermione ke tempat
'terkutuk' ini, kenapa dia juga yang diseret-seret oleh Hermione seperti
ini?
"Makanan Muggle," jawab Hermione singkat, padat, dan jelas. "Tak beracun kok."
Akhirnya,
setelah cekcok kira-kira selama lima menit tentang makanan Muggle
tersebut, akhirnya Draco terpaksa merelakan dirinya duduk di salah satu
bangku di toko Burger tersebut sementara Hermione yang pergi membelinya.
"Mana sendoknya?" tuntut Draco ketika Hermione memaksanya untuk memakan roti yang berisi daging tersebut.
"Sendok?" Hermione nyaris terkikik saat menjawabnya. "Tak pakai sendok, Draco, pakai tangan saja."
Draco
membelalak. Dia tak percaya bahwa ia baru saja di suruh makan dengan
'jari-jarinya'. Ia tak pernah sekalipun makan tanpa menggunakan alat
makan seperti sendok, garpu, atau sebagainya, ia tak pernah makan dengan
tangan telanjang. Bahkan ketika ia kecil, ia masih tau bagaimana cara
makan yang baik.
"Aku tak mau,"
"Draco..."
#
Draco
mengacak rambutnya dengan frustasi. Ia tak menyangka bahwa rencana yang
sudah ia susun dengan matang sejak dua minggu lalu berakhir dengan
seperti inii―nonton film di bioskopnya Muggle.
Ia tak menyangka
bahwa Hermione hafal segala seluk beluk wilayah Muggle dan segalanya.
Rencana yang telah ia susun bersama Mrs Granger akan berakhir tak karuan
seperti ini.
Saat ini Draco sedang berada di toilet Bioskop
Muggle, sekalipun Draco tak pernah bermimpi akan berada di tempat
seperti ini. Ia melarikan diri dari teater tersebut karena muak dengan
film yang sama sekali tak masuk di pikirannya―mana ada vampir yang
berkilauan? Di dunia sihir vampir tak berkilauan, ia sudah pernah
melihatnya sendiri waktu dulu, ternyata imaginasi Muggle parah juga,
batin Draco. namun, bertolak belakan dengan Draco, Hermione sangat
menikmati film Muggle tersebut, dan tak mau diganggu sama sekali.
Ia
mendesah pelan, memandang wajah tampannya yang ia kira ketampanannya
berkurang gara-gara terpaksa memakan makanan Muggle tadi. Memang sih
rasa makanan Muggle tadi tidak terlalu buruk, tapi… tetap saja itu
makanan Muggle.
Oke, tinggal satu kesempatan lagi, batin Draco. Ia
akan mengajak Hermione ke restoran paling mewah di Mall ini yang telah
ia pesan minggu lalu dan memberikan benda yang berada di kantong
celananya tersebut kepada Hermione. Baiklah. Draco meneguk ludahnya, dan
berdoa semoga rencananya lancar.
#
"Apa kau capek Draco?" Hermione berkata agar memecah kesunyian antara mereka berdua yang sedang menunggu Lift untuk turun.
"Sedikit,"
"Umm Draco…"
"Hn…"
"Kenapa
kau tumben mau ke tempat Muggle seperti ini?" tanya Hermione pelan,
seketika itu juga ekspresi Hermione pada saat belanja, makan burger, dan
nonton film terbuang saat itu juga.
'Itu semua cuma untukmu Hermione!' batin Draco berteriak
"Ingin saja" Draco dengan sangat mudah berbohong.
"Masa?" Hermione tersenyum jahil, "Aku tak percaya?"
Draco tak menjawab, ada hal-hal lain yang kini terpikirkan di benaknya. ia tersenyum atau tepatnya menyeringai di dalam hati.
"Ohh begitu…" Draco berkata masih dengan tampang cuek-bebeknya, "Mau kubuktikan nona?"
"Tentu saja,"
Dan
tanpa pemberitahuan, tanpa persiapan, Draco merengkuh bibir Hermione
dengan bibirnya sendiri. Hermione tersentak kaget, namun saat bibir
lembut itu kembali menjamahi bagian mulutnya ia akhirnya mengizinkan
lidah Draco menerobos perlindungannya.
Draco sendiri juga sangat kaget, tak percaya mengapa ia bisa melakukan hal ini.
Tak
tahu seberapa lama mereka menempel seperti pasangan perangko dan
amplop, akhirnya kedua insan tersebut melepaskan ciuman mereka karena
terdesak kebutuhan oksigen mereka.
"D-D-Dra-Draco…" Hermione
berkata dengan terbata-bata, mukanya semerah tomat saat ini, dan
pandangannya tak lepas dari mata abu-abu Draco.
"Hermione…" Draco
berkata sangat pelan dan hampir berbisik tapi Hermione mendengarnya. Ide
gila baru saja mendatangi otaknya. Ia mengambil sesuatu dari kantong
celananya dan membuka kotak kecil tersebut di hadapan Hermione dan
menampilkan sebuah cincin emas putih dengan permata sederhana sebagai
tahtanya. "Hermione Jane Granger, will you marry me?" ucapnya padat dan
jelas.
Hermione tersentak. Ia tak pernah memiliki hubungan spesial
dengan Draco selain teman. Ia tak percaya dengan apa yang ada di
hadapannya saat ini.
"Tanpa pacaran, Draco?"
"Ya, tanpa hal
yang mengerikan itu," guman Draco pelan dan sukses membuat semburat
merah Hermione yang tadi hampir padam kebali merekah pelan."Aku tak
ingin kau berpaling ke lelaki lain. Hanya itu.
"Kau ingin jawaban apa?" Hermione bertanya maish dengan muka bersemu.
"Tentu saja… iya,"
"Tapi
kalau aku menginkan kebalikan dari 'ya' bagaimana?" wajah pucat Draco
menjadi semakin pucat ketika mendengar jawaban Hermione tersebut.
"…"
"…"
Setelah
keheningan menjalari mereka, dan antusias penonton yang melihat mereka
karena mereka baru saja berciuman dan adanya acara lamaran di depan
Lift, akhirnya Draco membuka suara, tanpa memperdulikan orang-orang di
sekelilingnya dan rencananya yang gagal total.
"Hermione…"
Hermione masih diam ditempat. Sebenarnya ia telah memiliki jawabannya sejak beberapa menit yang lalu.
"Hermione…"
"Ya Draco…" ucap Hermione sementara wajahnya menjadi lebih merah.
"Aku bertanya tentang hal yang tadi…"
"Aku sudah menjawabnya berusan…"
Draco
tercekat seketika. Memandang Hermione dengan tatapan bahagia dan haru.
Ia tak menyangka, bahwa rencana gila yang baru bebrepa menit yang lalu
tercetus di benaknya untuk mencium dan melamar Hermione di depan Lift
akan berakhir dengan seindah ini.
"Benarkah?"
Hermione mengangguk dan disertai oleh beberapa tepukan dari para Muggle yang kebetulan sedang berada di TKP.
Tak memperdulikan para Muggle, Draco kembali memeluk dan mencium Hermione sambil berputar pelan.
"Tapi, mengapa harus di tempat Muggle, Draco?" tanya Hermione di sela ciuman mereka.
"Aku
tak tahu, tanyakan saja pada ibumu…" kata Draco mengangkat bahunya
namun ekspresi bahagia masih terpancang di wajah tampannya.
"Mum? Ada apa dengan Mum?" Hermione mengerinyit bingung.
"Tanyakan saja nanti saat mengurus baju perkawinan kita…"
Tak
dipedulikannya rencananya yang benar-benar hancur total. Yang
terpenting saat ini adalah, walaupun tidak etis sekali untuk melamar
seorang wanita di depan Lift, tapi rasa bahagianya saat ini adalah rasa
paling bahagia yang pernah ia alami.
ENDDDD
Maaf kalau ceritanya jadi gaje gini, maaf yaaa….
Masih berkenan untuk review? *kedip-kedip*